Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anak usia sekolah dasar menjadi usia tepat untuk terlibat dalam olahraga. Ini karena usia tersebut menjadi momen mereka untuk tahu tentang kompetennya. "Tidak hanya kompeten tetapi juga komitmen," ujar Roslina Verauli, M.Psi., psikolog anak dan keluarga dalam acara Milo Champ Squad Center di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sayangnya, data menunjukkan, baru 49 persen anak laki-laki yang melakukan latihan intensitas sedang, yaitu sekitar 1 jam atau lebih per harinya. Sementara anak perempuan, baru 35 persen yang memiliki aktivitas fisik memadai dengan intensitas sedang tersebut.
Waktu belajar di sekolah yang relatif lama bisa menjadi alasan dibalik kurangnya aktivitas anak. Belum lagi, mereka juga mengikuti les pelajaran tambahan usai sekolah. Kondisi ini pula yang terlihat di klinik Vera.
Dalam setahun terakhir, Vera mengamati anak usia SD yang mengalami psikosomatis di kliniknya. Dokter yang memeriksa tidak menemukan penyakit pada anak tersebut. Namun setelah melihat jadwal harian dan memangkas sejumlah kegiatan seperti les tambahan serta menambah aktivitas fisik, kondisi anak malah membaik.
Menurut psikolog yang kerap disapa Vera ini, anak usia sekolah dasar memang perlu diberi kesempatan melakukan aktivitas fisik melalui olahraga, setidaknya 1 jam per hari. Dengan berolahraga, anak akan mendapatkan banyak manfaat positif. "Anak yang diberi waktu untuk beraktivitas fisik, konsentrasi dan performa akademiknya akan meningkat. Mereka juga bisa diajak bekerjasama," imbuh Vera.
Riset menyebutkan bahwa anak dengan kegiatan aktivitas fisik akan memiliki profil sehat dan kompeten secara fisik, atensi konsentrasi lebih baik, performa akademis yang lebih tinggi, percaya diri dan pantang menyerah, serta kompeten secara sosial. (Dee/Dok. M&B)