FAMILY & LIFESTYLE

Kenali Risiko Penyakit ALS


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Amyotrophic lateral sclerosis atau ALS mendadak sering menjadi topik pembicaraan beberapa waktu belakangan ini. Istilah ALS mungkin sering Anda temukan berbarengan dengan maraknya tren #IceBucketChallenge, yaitu sebuah aksi dalam rangka kampanye peduli penyakit ALS.

ALS merupakan penyakit sistem saraf atau neurologis yang menyebabkan kelemahan otot dan fungsi fisik. ALS sering disebut juga penyakit Lou Gehrig. ALS adalah jenis penyakit motorik neuron yang menyebabkan sel-sel saraf secara bertahap pecah dan mati. Dalam banyak kasus, dokter belum dapat menemukan penyebab mengapa ALS terjadi. Namun, dalam 5 sampai 10 persen kasus lainnya disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan.

Gejala ALS sering diawali dengan otot berkedut dan kelemahan pada lengan atau kaki, sering tersandung, kram otot atau berkedut, kesulitan memegang kepala, serta kesulitan berbicara. Seiring berjalannya waktu, ALS dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk mengontrol otot-otot yang diperlukan untuk bergerak, berbicara, makan, serta bernapas. Selain itu, otot-otot wajah Anda menjadi semakin lemah, sehingga mengganggu Anda saat mengunyah, menelan, berbicara, dan bernapas. Pada pasien ALS, sel-sel saraf yang mengendalikan gerakan otot secara bertahap akan mati, sehingga otot-otot Anda semakin melemah dan mendekati kelumpuhan.

Dilansir dari Mayo Clinic, para peneliti sedang memelajari beberapa kemungkinan penyebab ALS yang dicurigai, termasuk mutasi genetik, dan ketidakseimbangan unsur kimia dalam tubuh, karena penderita ALS umumnya memiliki glutamat, sebuah pembawa pesan kimia dalam otak, yang lebih tinggi. Terlalu banyak glutamat diketahui menjadi racun bagi beberapa sel-sel saraf. Selain itu, respon imun dalam beberapa kasus tertentu juga bisa menyerang beberapa sel normal tubuhnya sendiri, yang dapat menyebabkan kematian sel-sel saraf. Usia juga mungkin menjadi faktor risiko penyakit ini, karena ALS banyak terjadi pada seseorang berusia 40-60 tahun, dan didominasi oleh pria.

Faktor lingkungan lain yang mungkin dapat memicu risiko seseorang terkena ALS, adalah merokok dan lingkungan rentan terpapar logam atau bahan kimia, luka traumatis, serta infeksi virus, seperti lingkungan dinas militer. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan ALS secara total, sampai akhirnya menyebabkan kematian. (Aulia/DT/dok.livestong)

BACA JUGA: Tren Ice Bucket Challenge Para Selebriti