BUMP TO BIRTH

Kapan Boleh KB Setelah Operasi Caesar? Sesuaikan dengan Jenis KB-nya, Moms!



Setelah menjalani prosedur melahirkan secara caesar, dokter biasanya akan menyarankan Moms untuk menunggu atau memberi jarak kehamilan, sekitar 18-24 bulan, sebelum Anda bisa hamil lagi anak selanjutnya. Ini juga dilakukan untuk memberi waktu bekas luka operasi agar sembuh total sembari Moms bisa lebih fokus terlebih dahulu mengurus bayi Anda.

Untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan tujuan mengontrol jarak kehamilan, menggunakan alat kontrasepsi atau KB merupakan pilihan yang tepat. Seperti yang Anda ketahui, ada berbagai jenis alat kontrasepsi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda, seperti pil KB, suntik KB, IUD, dan KB steril.

Namun, yang kerap menjadi pertanyaan adalah: kapan boleh KB setelah operasi caesar? Untuk tahu jawabannya, simak penjelasannya berikut ini!

KB alami setelah melahirkan

Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, setelah melahirkan, Moms akan memasuki masa nifas atau periode di mana rahim membuang darah dan sisa-sisa jaringan ekstra setelah bayi dilahirkan selama masa persalinan.

Lama masa nifas pada setiap wanita berbeda-beda, tapi umumnya lama masa nifas setelah melahirkan adalah 6 minggu. Setelah masa nifas berakhir, masa subur dan ovulasi akan datang yang ditandai dengan keluarnya darah haid. Meskipun begitu, perlu digarisbawahi, sebelum haid datang, masa subur Moms mungkin sudah kembali terlebih dahulu.

Namun, pada ibu menyusui, biasanya masa subur dan ovulasi bisa terjadi lebih lama. Mengutip Medical News Today, secara teori, menyusui bisa menunda kembalinya siklus menstruasi, sekitar 6 bulan pertama setelah melahirkan. Kondisi ini disebut dengan lactational amenorrhea method (LAM) atau KB alami.

Metode mencegah kehamikan ini mengandalkan pelepasan hormon oksitosin yang meningkatkan produksi ASI, sehingga bisa menghambat kerja hormon yang bertugas untuk merangsang terjadinya ovulasi.

Meskipun metode ini dianggap cukup efektif, hal tersebut tidak sepenuhnya menutup kemungkinan terjadinya kehamilan. Jadi, Moms dan Dads tetap disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi guna mencegah terjadinya kehamilan sementara waktu, sehingga Anda berdua bisa lebih tenang dan leluasa ketika berhubungan seks pascapersalinan.

Kapan boleh pakai alat KB setelah melahirkan caesar?

Sebenarnya, kapan waktu yang diperbolehkan untuk menggunakan alat KB setelah melahirkan, baik itu persalinan caesar maupun normal, mungkin akan berbeda-beda, tergantung jenis KB yang akan Anda pilih dan gunakan.

Namun, umumnya Anda sudah mulai boleh menggunakan alat KB sejak 3-6 minggu setelah melahirkan, baik persalinan caesar maupun normal. Setelah masa nifas berakhir dan pada pemeriksaan rutin usai melahirkan, dokter biasanya akan menanyakan dan mendiskusikan bersama Anda penggunaan alat KB yang disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kebutuhan Anda.

Jenis-jenis alat kontrasepsi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kapan waktu yang diperbolehkan untuk menggunakan alat KB setelah melahirkan mungkin akan berbeda, tergantung jenis KB yang akan Anda gunakan. Berbeda alat KB maka berbeda pula waktu penggunaan yang dianjurkan. Berikut ini beberapa jenis alat kontrasepsi atau KB dan kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya.

1. Pil KB kombinasi, koyo KB, dan cincin vagina

Untuk pil KB kombinasi, koyo KB (birth control patch), dan cincin vagina, ketiganya bisa digunakan sejak 21 hari setelah melahirkan, tapi dengan catatan Moms sedang tidak dalam kondisi menyusui Si Kecil. Hal ini karena ketiga jenis alat KB tersebut bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen sintetis ke dalam aliran darah Anda yang bisa memengaruhi produksi ASI.

Jika Moms ingin menggunakan salah satu dari ketiga jenis alat KB tersebut dan masih menyusui Si Kecil, sebaiknya tunggu sedikit lebih lama.

2. KB suntik 3 bulan, pil KB mini, kap serviks, dan KB diafragma

Untuk KB suntik, pil KB mini, kap serviks, dan KB diafragma, keempatnya bisa digunakan kurang lebih 6 minggu setelah melahirkan. Keempat jenis alat KB tersebut dinilai aman dikonsumsi ibu menyusui karena tidak akan memengaruhi produksi ASI.

3. KB IUD

Jika Moms ingin menunda memiliki anak selanjutnya untuk beberapa tahun ke depan, Anda mungkin bisa mempertimbangkan KB intrauterine device (IUD) atau KB spiral. Pasalnya, jenis alat kontrasepsi ini bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama, sekitar 3-10 tahun, tergantung kepada jenisnya.

Mengutip Hello Sehat, berdasarkan cara kerjanya, KB IUD dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni IUD non-hormonal dan IUD hormonal.

IUD non-hormonal adalah KB spiral berlapis tembaga yang bisa mencegah kehamilan dengan cara menghalangi sel sperma masuk ke dalam saluran antara rahim dan tuba falopi. Alhasil, sel sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur untuk proses pembuahan. Jenis IUD non-hormonal bisa bertahan selama 3-5 tahun.

Sementara itu, IUD hormonal adalah KB spiral yang mengandung hormon progesteron sintetis, yang dapat menyebabkan lendir serviks mengental sehingga membuat sel sperma kesulitan berenang di dalam rahim. Alat kontrasepsi ini juga bisa menipiskan dinding rahim yang seharusnya menebal saat pembuahan terjadi. Tentu saja hal ini akan menghentikan pelepasan sel telur (ovulasi) dan mencegah sel sperma membuahi sel telur. Jenis IUD hormonal bisa bertahan hingga 10 tahun.

Tidak ada waktu pasti untuk penggunaan alat kontrasepsi satu ini, karena Anda bisa menggunakan alat KB IUD atau KB spiral sesegera mungkin setelah melahirkan.

KB IUD bisa dipasang setidaknya 48 jam setelah melahirkan, baik pada persalinan caesar maupun normal. Atau, jika belum memungkinkan untuk memasang KB IUD segera setelah proses operasi persalinan, maka dokter akan menunda pemasangan hingga 6-8 minggu setelah Anda melahirkan.

Kedua jenis KB IUD, baik IUD non-hormonal dan IUD hormonal, sama-sama aman untuk ibu menyusui karena tidak akan memengaruhi produksi ASI. (M&B/Calvin/ZA/SW/Foto: Jcomp/Freepik)