Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan berita ditemukannya satu kasus polio di Aceh yang terjadi pada seorang anak berusia 7 tahun, tepatnya di Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sejak saat itulah pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) resmi mendeklarasikan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di seluruh provinsi Indonesia. Ironisnya, baru-baru ini kembali terjadi penambahan 2 kasus di daerah yang sama.
Penemuan kasus ini terjadi seiring dengan menurunnya cakupan imunisasi di provinsi tersebut selama 10 tahun terakhir serta imunisasi dasar yang gagal memenuhi target di luar Pulau Jawa setelah terhambat pandemi selama 2 tahun ini.
Sebelumnya, Indonesia telah mendapatkan status bebas polio dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2014. Namun, pemerintah dan instansi kesehatan terkait masih terus melakukan pengawasan untuk kasus lumpuh layu (flacid paralysis). Kemudian, dikarenakan adanya kasus baru akhir-akhir ini, maka pemerintah sepakat untuk menetapkan KLB polio di seluruh Indonesia.
Tentunya tak ada orang tua yang mengharapkan anak mereka mengalami polio. Namun sebagai orang tua, kita tetap harus waspada dengan membekali pengetahuan tentang penyakit satu ini.
Apa sih penyebab polio?
Polio merupakan sebuah penyakit saraf yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen. Menurut dr. Abi Noya, selaku Medical Content Marketing Senior Manager dari Alodokter, penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular, tapi bisa dicegah melalui imunisasi polio.
“Makanya, bila anak tidak mendapatkan imunisasi polio, ia akan lebih berisiko terserang polio dan menyebarkannya ke anak yang lain,” ujarnya.
Bagaimana penyebarannya?
Penyebaran virus polio bisa terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga bisa menyebar melalui percikan air liur ketika penderitanya batuk atau bersin, meski hal ini lebih jarang terjadi. Setelah seseorang terpapar virus polio, maka virus ini kemudian akan menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.
Seperti apa gejalanya?
Melansir laman Alodokter, gejala polio pada awalnya sering tidak disadari karena hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali.
Berdasarkan gejalanya, terdapat dua jenis polio, yaitu polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan (nonparalisis) dan polio yang menyebabkan kelumpuhan (paralisis). Detail gejalanya seperti ini:
1. Polio nonparalisis
Gejalanya berlangsung selama 1-10 hari dan akan menghilang dengan sendirinya. Gejala polio nonaralisis meliputi demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah, otot terasa lemah, kaku di bagian leher dan punggung, nyeri, dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai.
2. Polio paralisis
Jenis polio satu ini sangat berbahaya karena menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Untuk gejala awal yang terjadi serupa dengan gejala polio nonparalisis. Namun setelah 1 minggu, akan ada gejala lain yang mengikuti seperti hilangnya refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, dan tungkai atau lengan terasa lemah.
Bagaimana penanganan polio?
Dokter Abi Noya menegaskan bahwa jika sudah terkena polio, maka penanganannya akan sulit sekali dilakukan, terlebih hingga kini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan polio sepenuhnya. Pengobatan yang ada saat ini umumnya baru mampu untuk meringankan keluhan, memperlambat perjalanan penyakitnya, dan mencegah komplikasi.
Tips mencegah polio bagi para orang tua di Indonesia
Mengetahui fakta belum ditemukannya obat yang mampu menyembuhkan polio, tentunya membuat Moms harus ekstra waspada dan sebisa mungkin mencegah penyakit ini terjadi pada Si Kecil. Menurut dr. Abi Noya, dengan menepati jadwal imunisasi dasar yang sudah dicanangkan oleh pemerintah melalui program-program dari Kementerian Kesehatan RI, kita bisa mencegah dan bahkan mengakhiri penyebaran polio.
Ada beberapa cara untuk mencegah polio, yakni:
1. Pastikan anak mendapatkan imunisasi polio
Pencegahan polio bisa dilakukan dengan imunisasi polio. Vaksin polio mampu memberikan anak kekebalan terhadap penyakit polio secara aman dan efektif. Tanpa imunisasi polio, anak bisa menjadi rentan terinfeksi polio dan juga berisiko menyebarkannya kepada anak-anak lain di sekitarnya.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio oral (OPV) yang diteteskan ke mulut bayi bisa diberikan segera setelah Si Kecil lahir, kemudian saat usia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Untuk memastikan kebutuhan imunisasi anak sesuai usianya, orang tua bisa mengunjungi puskesmas maupun posyandu di sekitar tempat tinggal.
2. Pastikan Anda melakukan pemeriksaan kesehatan anak secara berkala
Memeriksakan anak ke dokter penting untuk membantu orang tua memantau tumbuh kembang Si Kecil secara seksama. Hal ini juga bermanfaat untuk mengantisipasi jika ada suatu kondisi maupun penyakit yang tanda atau gejalanya sulit dikenali awam, termasuk polio. Jika Si Kecil menunjukkan gejala-gejala polio seperti yang telah disebutkan, ada baiknya untuk segera memeriksakannya ke dokter anak.
Semoga kasus Polio di Indonesia tidak terus bertambah, dan Si Kecil terhindar dari polio ya, Moms! (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Lifeforstock/Freepik)