Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Masih kecil sudah sekolah? Ya, akhir-akhir ini cukup banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya sejak usia yang masih sangat belia. Bahkan ada anak-anak yang mulai bersekolah saat masih bayi.
Namun sesungguhnya, perlukah pendidikan prasekolah? Bagaimana jika Moms memutuskan untuk langsung mendaftarkan Si Kecil ke Sekolah Dasar atau SD? Simak penjelasan psikolog anak, Seto Mulyadi berikut ini.
Pada tahun 1980-an, pendidikan prasekolah dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) saat anak berusia empat atau lima tahun. Bahkan ada orang tua yang langsung memasukkan anaknya ke SD sebagai jenjang pendidikan awal ketika anak berusia enam tahun.
Kondisi tersebut sungguh berbeda dengan situasi masa kini. Para orang tua punya kecenderungan untuk mulai mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah guna mendapatkan pendidikan yang baik di usia sedini mungkin agar tidak tertinggal dari anak-anak lainnya.
Faktor kemajuan zaman dan teknologi juga seakan menuntut Si Kecil agar siap menghadapi globalisasi sejak usia belia. Kemampuan menulis, membaca, berbahasa asing, dan bahkan menggunakan komputer menjadi hal yang harus dikuasai anak sejak masih kecil.
Itulah sebabnya, belakangan ini banyak sekali institusi pendidikan usia dini bermunculan dan menawarkan berbagai macam program pendidikan. Salah satu contohnya adalah sekolah untuk bayi berusia enam minggu! Di sekolah bayi, Si Kecil akan dilatih untuk mengasah dan mengoptimalkan kemampuan motorik, merangsang panca indra, dan melatih bayi bersosialisasi dengan lingkungan. Namun sebenarnya seberapa perlukah menyekolahkan Si Kecil di usia sangat dini?
Bermain dan Bersosialisasi
Ada beberapa alasan orang tua tertarik untuk memasukkan anak mereka ke sekolah khusus untuk bayi atau berbagai macam bentuk PAUD, di antaranya adalah agar Si Kecil memiliki kecerdasan sosial. Sekolah di usia dini juga dinilai dapat menstimulasi perkembangan fisik-motorik dan kognitifnya.
Selain itu, para orang tua berharap Si Kecil dapat belajar memusatkan perhatian dan lebih siap berpisah dari Moms dan Dads selama mengikuti aktivitas belajar di sekolah. Dengan kata lain, anak akan diajarkan untuk bisa lebih mandiri sejak kecil sehingga tidak terlalu bergantung kepada orang tuanya.
Menurut Seto Mulyadi, psikolog anak yang akrab dipanggil Kak Seto, aturan utama jika Anda ingin menyekolahkan Si Kecil di usia prasekolah, carilah sekolah yang bisa membuat ia merasa senang atau istilahnya 'sekolah-sekolahan'.
"Jika ternyata Si Kecil tidak suka bersekolah karena masih ingin bermain di rumah atau tidak mau berpisah dari orang tuanya, jangan dipaksakan," ujar Kak Seto.
Jika dipaksakan, dikhawatirkan ia malah menjadi jenuh dan takut. Sehingga ketika usianya sudah cukup untuk masuk sekolah formal (SD), anak malah tidak suka dan malas bersekolah.
"Idealnya, sebuah institusi prasekolah lebih mengutamakan programnya untuk kegiatan bermain, berteman, dan bersosialisasi. Pada usia prasekolah, anak-anak tidak diwajibkan untuk bisa membaca dan berhitung," jelas Kak Seto.
Di Rumah Juga Bisa
Meski pendidikan prasekolah banyak manfaatnya, tidak memasukkan Si Kecil ke prasekolah sebenarnya bukan masalah. "Seorang anak tetap bisa masuk SD tanpa harus sekolah TK. Hal itu disebabkan karena saat mendaftar ke SD, anak tidak diwajibkan untuk menyerahkan persyaratan ijazah TK," kata Kak Seto.
Menurut Kak Seto, pendidikan prasekolah bisa diciptakan sendiri di rumah. Anda tidak perlu repot-repot menyiapkan berbagai alat peraga untuk menstimulasi Si Kecil karena apa pun yang ada di dalam rumah bisa dijadikan alat belajar. Kunci keberhasilannya, Anda punya cukup waktu untuk mendampingi Si Kecil. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)