Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kanker serviks merupakan momok bagi kaum hawa. Bukan saja ancaman yang bisa membuat nyawa melayang, tapi pengobatan yang sering harus dilewati ialah pengangkatan rahim. Bagi sebagian ibu pengobatan itu kerap membuat mereka sedih, karena rahim merupakan fitrah atau identitasnya sebagai wanita. Untuk mencegah kondisi itu, mengambil langkah preventif ialah sebaik-baiknya upaya menepis kanker serviks datang.
Terlebih kanker serviks menyerang tanpa gejala. Ya, dijelaskan Prof. dr. Andrijono SpOG(K), Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) kanker serviks terjadi karena infeksi Human Pappiloma Virus (HPV) dan infeksi HPV tidak menimbulkan gejala. Data Litbangkes Kemenkes menunjukkan, insiden infeksi HPV di Indonesia mencapai 5,2%, atau ada 1 kasus per 20 orang. Di mana cara kerjanya HPV akan memenetrasi sel-sel serviks.
“Problem klasik di Indonesia, kanker serviks kebanyakan terdeteksi di stadium lanjut di mana 94 persen akan meninggal dalam 2 tahun. Atau setiap 1 jam, 1-2 perempuan meninggal karena kanker serviks. Hal itu terjadi karena progresivitas penyakit, daftar tunggu utuk pengobatan yang sangat panjang, terutama di daerah, juga meningkatkan angka kematian,” ungkap Prof Andri dalam rilis Forum Ngobras seperti yang diterima redaksi Mother & Baby, Senin (22/1/2018).
Meski begitu, tak usah cepat cemas ya, Moms. Sebab, infeksi HPV juga bisa disembuhkan, lho!. Menurut Prof. Andri, 70-80 persen infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya jika daya tahan seseorang tubuh bagus.
“Perhitungannya, hanya 4-5% infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker. Di mana perjalanan setelah infeksi adalah lesi pra kanker dan kanker. Untuk bisa menemukan kelain di tahap pra-kanker, Anda bisa melakukan tes pap smear dan IVA,” pungkasnya. (Qalbinur Nawawi/Dok. Freepik)