Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Hipogonadisme, Penyebab Gairah Seks Menurun

Hipogonadisme, Penyebab Gairah Seks Menurun

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Dads, apakah gairah seksual Anda menurun? Hmm, perlu waspada karena boleh jadi Anda mengalami hipogonadisme atau Defisiensi Testosteron (TDS).

 

Umumnya, TDS atau hipogonadisme banyak dialami pria seiring bertambahnya usia. Data dari sebuah studi menunjukkan bahwa terdapat 38.7% pria berusia diatas 45 tahun memiliki kadar testosteron kurang dari kadar normal yaitu 300ng/mL. Kemudian, sebanyak 30% pria dengan rentang usia 40-79 tahun mengalami TDS seiring bertambahnya usia.

 

Testosteron bukan hanya memungkinkan seorang pria untuk memiliki ereksi dan hasrat seksual (libido). Testosteron juga penting untuk mempertahankan massa otot, tulang yang sehat dan suasana hati yang positif.

 

Para pria umumnya tidak mengetahui bahwa gangguan seksual yang dialami disebabkan oleh hipogonadisme. Hipogonadisme merupakan gejala klinis dimana seorang pria mengalami kekurangan testosteron akibat testis gagal memproduksi testosteron fisiologis,” papar Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And pada acara diskusi media “Seputar Masalah Intim Lelaki (SMILe) – Pria Usia 40 tahun ke atas, Waspadai Defisiensi Testosteron” yang diselenggarakan PT Bayer Indonesia.

 

Kondisi tersebut dapat dialami oleh seorang pria sejak lahir ataupun pada usia yang semakin lanjut. Pada umumnya, hipogonadisme banyak dialami oleh seorang pria akibat penambahan usia. Namun kondisi ini banyak tidak disadari oleh pria karena masih kurangnya informasi terkait kesehatan pria.

 

TDS secara umum masih jarang terdiagnosis. Menurut penelitian di Inggris, ditemukan bahwa saat ini sekitar 414.000 pria atau 18% mengalami disfungsi ereksi. Sementara itu, kurang dari 5% dari pria yang terdiagnosis dan sekitar 39.000 pria di Inggris mendapatkan terapi testosteron..

 

Dr. Nugroho menambahkan, “Banyak pria yang mengabaikan gejala-gejala seperti penurunan libido, disfungsi ereksi, mudah lelah, mudah berkeringat, dan penambahan lingkar pinggang.”

 

Seringkali kondisi tersebut dianggap lazim karena dikaitkan dengan penambahan usia pada pria. Padahal gejala tersebut menunjukkan seorang pria telah mengalami TDS. Dampak TDS yang sangat mengganggu bagi pria baik secara psikologis dan kesehatan adalah penurunan libido dan disfungsi ereksi.

 

Sebenarnya, tak perlu malu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala TDS seperti penurunan libido dan disfungsi ereksi. Melalui konsultasi dan pemeriksaan, penderita TDS akan mendapatkan terapi yang tepat dengan kondisi kesehatannya.

 

Salah satu terapi TDS yaitu dengan terapi sulih hormon testosteron seperti testosteron undekanoat. “Kita harus tahu akar permasalahannya sehingga pengobatan dapat efektif dan kualitas hidup dapat diperbaiki.”

 

Gejala-gejala TDS dapat berbeda pada setiap individu. Dokter akan memberikan diagnosis TDS dengan melihat gejala dan hasil tes darah yang mengukur kadar testosteron.

 

Oleh sebab itu dianjurkan bagi pria yang mengalami gejala-gejala defisiensi testosteron untuk segera berkonsultasi dan memeriksa kadar testosteronnya secara teratur untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga kualitas hidup juga menjadi lebih baik. (Hilman/Dok. M&B UK)