Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Riset: Tempe Tingkatkan Imun dan Cegah Kanker Payudara

Riset: Tempe Tingkatkan Imun dan Cegah Kanker Payudara

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tempe terbukti mengandung zat gizi dan non gizi yang sangat bermanfaat bagi pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan manusia, di antaranya meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah kanker payudara.

 

Dalam salah satu riset kami, mengonsumsi tempe dan olahannya terus-menerus sejak menarche (haid pertama) mampu mencegah terkena kanker payudara,” ungkap pakar tempe dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr.Ir. Made Astawan, MS, dalam jumpa pers pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor.


Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) tersebut menjelaskan, dalam 100 gram tempe ada kandungan protein sebesar 16 gram yang mampu meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh, sehingga seseorang tidak mudah terkena penyakit. Sistem imun yang baik mencegah seseorang terkena penyakit yang menular atau tidak menular.


Di antara berbagai pangan tradisional Indonesia, hanya tempe yang telah memiliki bukti ilmiah terbanyak terkait khasiatnya. Tempe mengandung komponen fungsional berupa vitamin, mineral, asam lemak tidak jenuh, peptida dan asam amino, serat pangan, prebiotik, probiotik, isoflavon, fitosterol dan lain-lain.


Saat ini tempe tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di 27 negara lain di dunia. Namun sayang, proses pembuatan tempe di Indonesia masih banyak yang kurang higienis sehingga tidak sesuai dengan persyaratan mutu nasional dan regional Asia. Lebih dari 99 persen pengrajin tempe yang produknya belum memenuhi persyaratan mutu,” papar Prof Made.


Karena itu, perlu ada pembinaan agar proses produksinya dilakukan secara benar sesuai ketentuan Good Manufacturing Practices (GMP). Proses produksi tempe secara higienis akan menghasilkan produk sesuai standar sehingga siap berkompetensi di tingkat nasional, regional dan internasional.


Perlu kita tahu, jumlah pengrajin tempe di Indonesia mencapai lebih dari 100 ribu unit yang tersebar di 18 provinsi dan 177 kabupaten/kota. Sebagian besar produsen merupakan usaha mikro, kecil dan menengah yang menggunakan rumah sebagai tempat produksinya. Berdasarkan catatan sejarah, tempe telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Proses fermentasi kedelai menjadi tempe adalah salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dibanggakan dan dilestarikan.


Oleh karena itu, dalam materi orasi yang berjudul “Tempe Sebagai Warisan Budaya dan Pangan Fungsional Persembahan dari Indonesia untuk Dunia”, Prof. Made mengusulkan tujuh strategi menciptakan industri tempe yang tangguh yakni: peningkatan produksi kedelai nasional, pemenuhan persyaratan mutu tempe nasional dan internasional, perbaikan proses pembuatan tempe di tingkat pengrajin, penganekaragaman produk olahan tempe berorientasi ekspor, pengkajian ilmiah khasiat tempe untuk kesehatan, peningkatan inovasi dan citra tempe di tingkat internasional serta perbaikan atas mispersepsi terhadap tempe. (Hilman/Dok. M&B)