Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Hujan dan Banjir, Cegah Si Kecil dari Penyakit Ini

Hujan dan Banjir, Cegah Si Kecil dari Penyakit Ini

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Beberapa hari terakhir ini hujan deras melanda sebagian wilayah di Indonesia, termasuk Ibukota Jakarta. Curah hujan yang terbilang tinggi ini mengakibatkan beberapa area mengalami banjir.

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kantor regional Asia Tenggara, mengingatkan kita agar mewaspadai berbagai penyakit menular yang sering terjadi kala musim hujan dan banjir. Nah, berikut ini tujuh penyakit yang umumnya dialami korban banjir yang harus diwaspadai dan diketahui langkah-langkah antisipasinya:

1. Diare
 
Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi maka potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar. Di samping itu, saat banjir ada kemungkinan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.

Untuk menghindari terserang diare, penting diperhatikan  hal-hal berikut:
-Membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan/minum serta sehabis buang hajat.
-Membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari.
-Menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal.
-Menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.

2. Demam Berdarah

Pada musim hujan biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada musim hujan banyak sampah, misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu.

Genangan air itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.

Untuk itu, kita sebaiknya berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M yaitu: mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain itu, kita harus segera membawa keluarga ke saana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala demam tinggi yang tidak jelas sebabnya yang disertai adanya tanda-tanda perdarahan.


3. Leptospirosis

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut Leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan/binatang. Di Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Nah, tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia, lalu kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.

Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi terinfeksi penyakit leptospirosis.
 
Adapun langkah-langkah antisipasi untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis yaitu:
-Menekan dan hindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita dengan selalu menjaga kebersihan
-Hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama jika ada bagian tubuh yang luka.
-Menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus melewati daerah banjir.
-Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.


4. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat dapat/mungkin disertai sesak napas, nyeri dada dan lain-lain.

Penanganan ISPA meliputi:
-Istirahat
-Pengobatan simtomatis sesuai gejala
-Mungkin diperlukan pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab
-Meningkatkan daya tahan tubuh
-Mencegah penularan pada orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dan lain sebagainya.

"Faktor berkumpulnya banyak orang seperti di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan ISPA" kata Prof.Tjandra.


5. Penyakit kulit

Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain pada musim banjir. Maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik.
Seperti juga pada ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan infeksi kulit.


6. Penyakit saluran cerna lain

Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini, faktor kebersihan makanan juga memegang peranan penting.


7. Perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita

Perlu diperhatikan juga adalah perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan. Apalagi bila banjir berhari-hari. (Hilman/Dok. M&B UK)