Type Keyword(s) to Search
BABY

Mengenal Cerebral Palsy pada Bayi

Mengenal Cerebral Palsy pada Bayi
bayi merangkak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy (CP) terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, dan 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir prematur.

 

Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna sehingga mudah mengalami perdarahan. Sepertiga penderita CP biasanya dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu, sedangkan 10 persen kasus terjadi pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 28 minggu.

 

“Otak bayi prematur masih menyerupai jelly. Maka, cukup menakjubkan bila hanya 10 persen dari mereka yang menderita CP, dan 90 persen lainnya dapat terhindar dari gangguan ini berkat kecanggihan teknologi dan tenaga ahli,” ungkap Prof Blair, ketua peneliti Telethon Institute for Child Health Research.

 

Umumnya, CP disebabkan oleh masalah yang terjadi saat persalinan. Sekitar 10-15 persen  kerusakan otak terjadi akibat bayi tidak dapat mengalirkan suplai oksigen ke otak. Selain itu, kasus ini juga bisa disebabkan masalah yang terjadi saat bayi masih di dalam rahim. Tiga dari 4 kasus CP diperkirakan terjadi saat bayi tumbuh di dalam kandungan.

 

Meskipun banyak dugaan, sebenarnya penyebab pasti kasus ini masih belum diketahui. Dugaan lainnya, kondisi ini juga bisa disebabkan karena bayi terpapar infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti herpes, saat sebelum dan sesudah kelahiran.

 

Gejala CP biasanya mulai tampak ketika bayi tidak menunjukkan perkembangan sederhananya, seperti mengangkat kepala, berguling, menggenggam benda, dan duduk. Menurut Iona Novak, Head of Research at Cerebral Palsy Alliance, kadar ketidakmampuan ini beragam, tergantung dari area otak, dan seberapa besar bagian otak yang berpengaruh. “Ada yang hanya sedikit timpang ketika berjalan,  ada pula yang hanya bisa menggerakkan bola matanya,” ungkap Iona.

 

Gejala lain seperti otot kaku, refleks berlebihan, kurangnya koordinasi otot, lebih menyukai satu sisi tubuhnya, seperti menyeret kakinya saat merangkak, serta kesulitan menelan juga merupakan gejala dari kondisi Cerebral Palsy.

 

Cerebral Palsy sendiri bukan penyakit khusus, tapi menyebabkan serangkaian gangguan pada gerakan. Kondisi ini cukup bervariasi, seperti tak dapat bicara atau bergerak, karena otak mengalami cedera di bagian pengontrol gerakan, sehingga sinyal-sinyal otot tidak berfungsi. (Aulia/OCH/doc.M&B)