Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mencegah 'Stunting' Sejak Dini

Mencegah 'Stunting' Sejak Dini

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Stunting (perawakan pendek) adalah masalah umum yang terjadi pada anak-anak di dunia. Berdasarkan data World Health Organization, kasus anak mengalami stunting kian meningkat dari tahun ke tahun. Data terakhir memperlihatkan persentase yang mengalami stunting sebanyak 37,2 persen. Angka yang sangat tinggi dari yang ditargetkan WHO, agar jumlah penderita tubuh pendek ini hanya sebanyak 5 persen.

 

Penyebab stunting adalah karena seorang anak malnutrisi (gizi kurang dan gizi buruk), yang bisa dilihat dari gejala yang terjadi. Dr. dr. Damayanti R Sarif, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI dan RSCM di Jakarta menuturkan bahwa terdapat dua gejala stunting, yaitu gejala jangka pendek terjadi pada masa kanak-kanak berupa hambatan perkembangan, penurunan fungsi imun, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sementara untuk jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

 

Dengan gejala tersebut di atas, stunting merupakan salah satu masalah yang cukup berat dan memengaruhi perkembangan anak. Tentu saja, Anda tidak ingin hal ini terjadi kepada buah hati Anda kan, Moms. Oleh karena itu cermati cara mencegahnya. Menurut dr. Damayanti, orangtua terutama ibu sangat berperan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak sejak dini. Sebagai langkah awal, orangtua perlu memahami terlebih dahulu tentang stunting dan penyebabnya. Stunting perlu diwaspadai sejak Si Kecil masih bayi dan memerhatikan apakah ASI yang diberikan sudah memadai. "ASI diberikan kurang dari sejam setelah bayi lahir sampai 6 bulan sesuai yang dianjurkan WHO dan setelahnya berikan ia MPASI," tutur dr. Damayanti. Selain itu, protein harus tercukupi setelah bayi berusia 6 bulan, karena protein memicu pertambahan tinggi dan berat badan sang bayi. Untuk bayi berusia di atas 6-12 bulan membutuhkan konsumsi protein sebanyak 1,2 kg/berat badan setiap harinya dan usia 1-3 tahun butuh protein harian sebanyak 1,5 kg/berat badan. Sumber protein yang baik berasal dari hewani misalnya susu, telur, dan daging ayam karena mengandung asam amino esensial.

 

Jika anak terlanjur mengalami stunting, sebenarnya masih memiliki kesempatan untuk pulih namun tetap tidak bisa berkembang normal sesuai dengan perkembangan alaminya, karena terjadi penurunan IQ serta penurunan kognitif. Dari kasus yang pernah ditangani oleh dr. Damayanti, ternyata yang memicu banyak anak-anak mengalami tubuh pendek ini, selain masalah ekonomi juga kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi yang tepat bagi anak-anaknya.

(Meiskhe/DT/Dok.M&B UK)