Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, pernah enggak memerhatikan, bagaimana cara berjalan Anda selama ini? Apakah Anda tipe orang yang melangkahkan kakinya dengan cepat, berjalan lambat, atau berjalan agak berjinjit?
Ya, mungkin selama ini kita belum sadar dan kurang memerhatikan, tapi berjalan sebenarnya bukan semata proses melangkahkan kaki kanan dan kiri Anda secara bergantian. Berjalan sesungguhnya adalah proses koordinasi gerak anggota tubuh kita, mulai dari kepala hingga ujung kaki.
Dan ternyata, dilansir dari WebMD, cara berjalan, kecepatan saat melangkahkan kaki, dan postur tubuh Anda ketika berjalan, bisa mendeteksi dan memberikan petunjuk signifikan mengenai kesehatan Anda, Moms.
Berikut beberapa tipe cara berjalan dan penjelasan mengenai kesehatan tubuh Anda.
1. Berjalan Lebih Lambat
Seseorang yang masih sehat dan bugar rata-rata berjalan sejauh 1,2-1,5 meter per detik. Namun, jika akhir-akhir ini Anda merasa berjalan lebih lambat daripada biasanya, hal ini bisa mengindikasikan adanya masalah kesehatan pada tubuh Anda.
Para ilmuwan mengatakan perubahan dalam kecepatan berjalan dari waktu ke waktu bisa menjadi salah satu cara untuk memprediksi adanya gangguan alzheimer atau masalah memori lainnya. Jika penyebabnya alzheimer, gangguan berjalan Anda akan semakin memburuk.
Selain itu, "Jika Anda memiliki arthritis ringan atau sakit dan nyeri lainnya, kecepatan berjalan akan mulai menurun. Orang yang menderita arthritis cenderung berjalan kurang dari 1 meter per detik atau sangat buruk 50 cm per detik," jelas Dr Tony Redmond, ahli penyakit kaki akademik di University of Leeds, Inggris.
Karena itu, tidak ada salahnya jika Anda memeriksakan diri ke dokter jika menyadari kecepatan berjalan Anda berkurang daripada biasanya ya, Moms.
2. Berjalan dengan Langkah Pendek
Langkah pendek yang Anda ambil saat berjalan bisa mengindikasikan Anda mengalami masalah osteoarthritis pada pinggul, karena salah satu atau kedua pinggul tidak dapat berayun sejauh seperti biasanya. Selain itu, hal ini juga terjadi akibat efek penggunaan sepatu atau sandal hak tinggi.
3. Melangkah Berat
Jika saat berjalan Anda merasa seperti berat melangkahkan kaki layaknya sedang menaiki tangga, bisa jadi Anda mengalami kelemahan otot. Ini membuat kaki terasa diseret saat berjalan. Biasanya, hal ini terjadi hanya pada satu kaki, tapi kadang juga bisa memengaruhi kedua kaki. Penyebabnya bisa akibat luka pada saraf kaki, atau tanda gangguan pada saraf, otot, otak, atau gangguan tulang belakang seperti distrofi otot atau multiple sclerosis.
4. Berjalan Berjinjit
Jika Anda melihat Si Kecil berjalan dengan berjinjit, kemungkinan besar ia mengalami masalah mekanis. Saat anak Anda belajar jalan, wajar jika ia berjalan menggunakan ujung kaki. Namun, setelah ia bertambah besar dan sudah lancar berjalan, tapi kebiasaan berjinjit tidak juga hilang, bisa jadi tendon achilles-nya terlalu pendek, sehingga tumit sulit menyentuh tanah dengan nyaman. Kemungkinan lainnya, ada masalah pada otot Si Kecil, misalnya distrofi otot atau anak dengan autisme.
5. Berjalan dengan Menghentakkan Kaki
Ketika menyentuh tanah, kaki akan mengirim sinyal ke otak yang disebut proprioception (persepsi rangsangan yang berhubungan dengan posisi, postur tubuh, keseimbangan, atau kondisi dalam tubuh). Namun, gangguan proprioception bisa terjadi dan dapat menyebabkan gaya yang tidak terkoordinasi.
Jadi, saat berjalan, penderitanya akan mengangkat kaki dan tangan sangat tinggi dan kemudian menghentakkannya ke tanah untuk mengetahui apakah kaki telah mendarat. Kondisi ini dapat menjadi tanda bahwa Anda kekurangan vitamin B12 atau memiliki diabetes yang tidak terkontrol. (M&B/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- kesehatan
- kaki
- jalan
- cara berjalan