Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Apakah Anda seorang ibu yang setiap kali mengambil keputusan mengenai pengasuhan anak harus terlebih dahulu minta nasihat pihak ke-3 (orang tua, teman, atau kerabat), membaca buku, atau bertanya pada Google? Kapan terakhir kali Anda benar-benar memercayai insting Anda? Jika Anda menjawab, "Sudah lama sekali," tak perlu khawatir, karena setidaknya Anda tidak sendirian.
Seorang ibu menjadi tidak percaya diri karena instingnya terkadang berseberangan dengan anjuran-anjuran orang atau para ahli. Survei yang diadakan situs motherandbaby.co.id menemukan bahwa sebanyak 87 persen ibu selalu membandingkan dirinya dengan ibu lain, dan hanya sepertiga dari jumlah tersebut yang menganggap dirinya sudah menjadi ibu yang baik. Mengapa para ibu cenderung menjadi ragu dengan kemampuannya sendiri dan lebih percaya pada orang lain tentang apa yang terbaik bagi buah hatinya sendiri?
Insting Vs Pendapat Ahli
Situs motherandbaby.co.id juga menemukan bahwa sebanyak 75 persen ibu tidak tinggal dekat dengan ibu kandung atau mertua saat anak pertama lahir. Artinya, mereka hanya mendapatkan sedikit bantuan dan dukungan.
"Para ibu menjadi sangat 'terisolasi'. Ibu dari generasi terdahulu biasanya tinggal berdekatan dengan kerabat, sehingga saat memiliki bayi ia dapat mencontoh para pendahulunya. Sekarang, banyak wanita yang malah belum pernah menggendong bayi sebelum anak pertamanya lahir," ujar dr. Jennifer Leonard, psikolog keluarga dari ukparentingcoaching.co.uk.
Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak ibu yang beralih pada buku atau jurnal yang membahas mengenai panduan mengurus anak. Sayangnya, panduan-panduan ini terkadang membuat bingung, karena banyak sekali cara atau nilai yang berbeda.
Contohnya saja, Gina Ford, penulis buku The Contented Baby, yang menekankan pada pentingnya rutinitas dan jadwal teratur pada bayi. Sebaliknya, Penelope Leach, penulis buku Your Baby and Child, lebih menekankan pada mengenal kebiasaan dan kebutuhan Si Kecil dengan pendekatan emosi yang baik. Jangan lupakan penulis buku Battle Hymn of The Tiger Mother, Amy Chua, yang menjelaskan caranya membesarkan anak dengan pendekatan tradisional China yang sangat keras dan tegas. Lalu saran siapa yang harus Anda ikuti?
Adakah Insting Itu?
Dr. Christina Smilie, seorang dokter anak dari Inggris, mengatakan bahwa beberapa penelitian di bidang neuroscience menemukan bahwa manusia memang memiliki insting yang tertanam dalam otak. Insting ini dikendalikan oleh lonjakan hormon, yaitu adrenalin yang membuat para ibu memiliki keinginan kuat untuk melindungi anak, dan oksitosin yang menghasilkan perasaan ingin memelihara dan mengasuh.
"Memang banyak perilaku ibu dalam mengasuh anak yang dipelajari lewat pengalaman. Namun, hormon oksitosin lah yang mengendalikan dan memperkuat perilaku-perilaku tersebut. Saat seorang ibu memeluk anaknya, mendengarnya menangis, atau menggendongnya, dalam otak ibu tersebut mengalir hormon oksitosin yang kuat. Hormon inilah yang mengatur perilaku seorang ibu," ujar dr. Christina.
Andalkan Insting atau Nasihat Orang Lain?
Tentu saja meminta nasihat dari berbagai pihak tidaklah salah dan terkadang diperlukan. Saat pertama menjadi ibu, Anda pasti kesulitan untuk menafsirkan tangisan Si Kecil. Di sinilah dibutuhkan nasihat-nasihat dari pihak ketiga. Meskipun begitu, nasihat-nasihat yang Anda terima harus sesuai dan sejalan dengan insting Anda sendiri.
Menjadi ibu yang percaya diri sangatlah penting karena Si Kecil dapat merasakan setiap hal yang Anda rasakan. Karena itu, nasihat dari berbagai pihak luar hanya berguna jika dapat membuat Anda menjadi lebih percaya diri. Jika Anda sendiri merasa nasihat tersebut kurang tepat, jangan diikuti.
Memercayai insting keibuan adalah cara paling tepat untuk membuat Anda menjadi ibu yang baik. Seorang ibu memang tahu yang terbaik untuk buah hatinya, setuju? (M&B/SW/Dok. Freepik)