Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, siapa dari Anda yang suka menyantap makanan penutup alias dessert setelah makan? Sah-sah saja memang bila kita mengadaptasi budaya makan orang luar negeri yang mengakhiri acara santap makannya dengan menikmati dessert yang juga sering disebut dengan istilah makanan pencuci mulut. Termasuk juga bila Anda menerapkan hal ini kepada Si Kecil. Toh, menu makanan penutup tak perlu sama persis dengan orang luar negeri, kan?
Menurut ahli gizi Nuril Farah Dhiya, S.TR.GZ, saat memberikan makanan penutup untuk anak-anak, Moms bisa tetap mengedepankan kearifan lokal dan menyesuaikan masakan daerah yang menjadi kebiasaan makan di rumah dan lingkungan anak. Bagaimanapun, Si Kecil punya lidah lokal yang kesukaannya tidak beda jauh dengan Anda, bukan?
Soal menyajikan dessert, Moms tak harus selalu memberikan dessert yang sama pada Si Kecil seperti yang Anda atau Dads konsumsi. Anda bisa membedakan makanan penutup untuk Si Kecil.
”Moms bisa membedakan jenis makanan penutup ini antara Si Kecil dengan ayahnya. Misalnya, sang ayah menikmati es kopyor kelapa muda, sedangkan Si Kecil mendapat jatah es krim atau es serut. Lumrahnya, menyantap makanan manis dan segar sehabis hidangan utama yang "berat" bakal terasa lebih nikmat,” ujar Nuril.
Lebih lanjut, Nuril menyarankan agar Moms memberi jeda waktu santap makanan pencuci mulut sekitar 30 menit sampai 1 jam sesudah makan. Tujuannya adalah untuk memberi ruang pada lambung sekaligus mencegah anak langsung tertidur usai makan.
Pertimbangkan hal ini, Moms!
Menyediakan makanan penutup untuk Si Kecil setelah makan memang tidak menjadi keharusan. Namun bila Moms ingin memberikannya, Anda bisa mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum menyajikan dessert untuk buah hati Anda, Moms.
1. Ketahui manfaat makanan penutup
Sesuai judulnya, makanan penutup adalah momen terakhir dari ritual makan. Setelah makan berat, fungsi dari makanan penutup adalah mencuci indra pengecap untuk menghilangkan sisa amis, gurih, atau asin yang didapat dari makanan utama sebelumnya.
2. Pelengkap kebutuhan gizi
Makanan penutup juga dapat berperan sebagai pelengkap gizi. Sering kali anak tidak terpenuhi zat gizinya dari makanannya sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan juga dessert dalam jumlah kecil di luar jam makan camilan.
Nuril menjelaskan, dalam satu hari, anak usia 5-12 tahun memiliki kebutuhan kalori sebanyak 1.400-1.700 kkal, protein 50-60 gr, serta lemak 50-60 gr (berdasarkan AKG tahun 2019).
Untuk kondisi anak yang memiliki status gizi normal, ia bisa dipilihkan menu makanan penutup atau produk yang nilai gizinya masih dalam kadar normal. Sedangkan untuk anak yang butuh boost berat badan atau yang memiliki aktivitas berlebih, ia bisa diberikan dessert yang padat gizi.
”Untuk menu yang relevan pada usia anak 5-10 tahun, kita bisa berikan pisang goreng atau bakar, buah potong, es buah, jus buah, puding, salad buah, atau es serut rasa buah,” usul Nuril.
3. Stimulus agar Si Kecil menghabiskan makanannya
Pilihan menu makanan penutup dapat menjadi stimulus agar anak menghabiskan porsi makannya. Artinya, fungsi makanan penutup di sini semacam hadiah atau reward kepada Si Kecil atas prestasinya telah menghabiskan makan.
Tak perlu bingung atau khawatir lagi ya, Moms, saat akan memberikan makanan penutup untuk Si Kecil. Ketiga poin di atas bisa menjadi pegangan Anda dalam menyajikan menu dessert untuk buah hati Anda. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Freepik, Pino Ice Cup)