BABY

Bahaya! Ini Akibatnya Jika Memberikan MPASI Terlalu Dini


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


ASI memang sumber nutrisi terbaik untuk 6 bulan pertama kehidupan Si Kecil. Sayangnya, ASI saja sudah tidak cukup untuk menjadi “bahan bakar” tumbuh kembang bayi 6 bulan ke atas. Untuk itu Moms perlu memberikan MPASI (makanan pendamping ASI) yang teksturnya harus disesuaikan dengan usia bayi Anda.

Ya, memberikan MPASI untuk bayi 6 bulan ke atas memang sangat penting. Namun, bagaimana jika MPASI diberikan terlalu dini atau ketika bayi belum berusia 6 bulan? Apa sih dampaknya untuk tumbuh kembang bayi? Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ini akibatnya jika Moms memberikan MPASI terlalu dini kepada bayi Anda.

1. Tersedak

Menurut IDAI, salah satu syarat anak siap MPASI adalah ia sudah bisa duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan. Jika anak sudah bisa duduk tegak, artinya lehernya pun sudah cukup kuat untuk menerima MPASI (tekstur makanan masih agak cair) dan tidak akan tersedak. Jika leher bayi belum kuat menopang tubuh untuk duduk, maka besar kemungkinan ia akan tersedak ketika diberikan MPASI.

2. Mudah infeksi

Studi bertajuk “Infant Feeding Practices Study II” yang dipublikasikan di JAMA Network menguak fakta menarik tentang kaitan MPASI terlalu dini dengan infeksi anak, lho. Studi ini menyebutkan semakin lama seorang ibu memberikan ASI dan menunda pemberian MPASI hingga waktu yang disarankan (6 bulan), maka semakin rendah pula kemungkinan anak tersebut mengalami infeksi telinga, infeksi tenggorokan, dan infeksi sinus di usia 6 tahun.

3. Rentan alergi

Mengutip WebMD, semua jenis MPASI sebaiknya diberikan setelah anak berusia 6 bulan, dan makanan tinggi alergen (seperti susu sapi, telur, ikan, dan kacang-kacangan) sebaiknya ditunda pemberiannya hingga anak berusia lebih dari 1 tahun. Saran ini diberikan oleh American College of Allergy, Asthma, and Immunology (ACAAI).

Ini mungkin terjadi karena di usia 4-6 bulan, antibodi yang terdapat dalam ASI berfungsi untuk melapisi organ pencernaan bayi. Nah, ketika anak sudah diberikan MPASI sebelum usianya 6 bulan, maka risiko anak mengalami alergi makanan pun meningkat.

4. Rentan obesitas

Menurut studi yang dipublikasikan di JAMA Network, bayi yang diberi ASI lebih lama akan lebih sering mengonsumsi air putih, buah, dan sayur di usia 6 tahun. Ia juga akan tumbuh menjadi anak yang lebih jarang mengonsumsi minuman dengan pemanis gula di usia tersebut lho, Moms. Karena itu, ia juga akan terhindar dari risiko diabetes.

5. Diare

Bahkan pada anak yang sudah di atas 6 bulan pun, risiko diare mungkin terjadi pada anak yang baru mulai MPASI. Ini mungkin disebabkan oleh saluran cerna Si Kecil yang “kaget” dengan makanan baru yang Moms berikan. Bayangkan jika bayi belum 6 bulan dan tubuhnya belum siap MPASI, risiko diare ini tentu saja bisa meningkat ya, Moms.

6. Sembelit

Selain bisa terkena diare, konstipasi atau sembelit juga kerap terjadi setelah anak mulai menikmati MPASI. Menurut Baby Centre, ini terjadi karena saluran cerna bayi sedang beradaptasi untuk “berkenalan” dengan makanan.

7. Produksi ASI berkurang

ASI dihasilkan sesuai dengan kebutuhan anak. Semakin sering anak menyusu, maka semakin banyak juga ASI yang akan diproduksi. Begitu juga jika anak mulai MPASI, yang artinya konsumsi ASI sang ibu tidak akan sebanyak saat masih ASI eksklusif, maka produsi ASI yang Moms hasilkan juga akan berkurang mengikuti kebutuhan anak. Jika frekuensi ibu menyusui menurun, maka produksi ASI akan berkurang karena bayi yang sudah mulai MPASI sejak dini cenderung cepat disapih. (M&B/Tiffany/SW/Foto: Freepik)