BUMP TO BIRTH

Kenali Makrosomia, Kondisi Hamil dengan Janin Terlalu Besar


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Berat badan janin menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh Moms selama kehamilan. Jika ukuran janin terlalu besar, hingga mencapai 4.000 gram atau lebih, kondisi ini disebut makrosomia dan bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi saat persalinan.

Makrosomia terjadi karena beberapa kondisi yang dialami ibu hamil, seperti obesitas atau kelebihan berat badan saat hamil, serta menderita diabetes gestasional. Karenanya, Moms dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang guna mencukupi kebutuhan nutrisi Anda selama hamil dan janin, bukan sekadar makan "untuk dua orang".

Penyebab dan Gejala Makrosomia

Selain obesitas, makrosomia juga disebabkan oleh beberapa kondisi yang dialami ibu hamil, antara lain:

• Tekanan darah tinggi atau hipertensi saat hamil.

• Riwayat pernah melahirkan anak dengan makrosomia.

• Bumil berusia di atas 35 tahun.

• Belum terjadi persalinan pada usia kehamilan di atas 40 minggu.

Jumlah cairan ketuban yang melebihi batas normal menjadi gejala yang tampak dari makrosomia. Kondisi polihidromnion ini akan membuat Moms semakin sering buang air kecil karena ukuran janin yang memang terlalu besar dalam kandungan.

Bisa Menimbulkan Komplikasi

Makrosomia sendiri diketahui dapat menimbulkan komplikasi tak hanya pada ibu sebelum melahirkan, tapi juga bayi setelah persalinan. Berikut ini berbagai risiko masalah kesehatan pada ibu akibat janin terlalu besar, dilansir dari Mayo Clinic:

1. Proses Persalinan Kurang Lancar

Apabila bayi memiliki berat badan yang terlalu besar, maka ibu hamil tentu akan sulit untuk melahirkan secara normal. Kondisi tersebut akan membuat janin tersangkut di jalan lahir hingga menyebabkan cedera seperti vagina ibu sobek. Selain itu, robekan pada otot di antara anus dan vagina (perineum) juga bisa terjadi. Karenanya, Moms akan dianjurkan melakukan persalinan caesar sebagai tindakan terbaik jika mengandung janin makrosomia.

2. Perdarahan Usai Persalinan

Jika Moms tetap memaksa melakukan persalinan caesar dengan kondisi janin makrosomia, maka bisa terjadi kerusakan di jaringan vagina dan otot di sekitarnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan perdarahan hebat hingga membahayakan keselamatan ibu setelah persalinan.

3. Ruptur Uteri

Dalam istilah medis, ruptur uteri adalah kondisi adanya robekan pada dinding rahim. Ruptur uteri bisa terjadi jika janin mengalami makrosomia serta Moms pernah melalui prosedur operasi caesar sebelumnya. Meski kondisi ini jarang terjadi, namun tetap akan menyebabkan sobeknya rahim sepanjang alur luka jahit akibat operasi caesar sebelumnya.


Dampak Makrosomia pada Bayi

Komplikasi yang dialami bayi makrosomia setelah kelahirannya pun akan berpengaruh pada fase tumbuh kembangnya kelak, di antaranya:

1. Kadar Gula Darah Rendah

Jika sebelumnya bumil mengalami diabetes gestasional, maka bayi makrosomia justru bisa mengalami kadar gula darah yang rendah. Kondisi ini akan membuat bayi harus dirawat secara khusus, hingga kadar gula darah dalam tubuhnya kembali normal dan stabil.

2. Distosia Bahu

Saat lahir, bayi makrosomia bisa mengalami distosia bahu jika tersangkut di jalur lahir, meski kepalanya sudah berhasil keluar. Risiko terjadinya patah tulang selangka, patah tulang lengan, serta cedera pada saraf pun semakin tinggi. Pada kasus lainnya, distosia bahu akan menyebabkan kerusakan pada otak bayi hingga kematian.

3. Sindrom Metabolik

Setelah lahir, bayi makrosomia juga berisiko mengalami sindrom metabolik sepanjang tumbuh kembangnya. Ini merupakan kondisi gabungan antara tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan tumpukan lemak berlebih di perut (obesitas) serta kadar kolesterol tinggi yang terjadi secara bersamaan.

Mencegah Makrosomia

Meski tergolong sebagai kondisi yang sulit diprediksi, namun makrosomia bisa dicegah sejak awal terjadinya kehamilan. Hal yang paling penting adalah Moms tetap menjaga kenaikan berat badan selama hamil yang normalnya sekitar 11 sampai 16 kg.

Anda juga dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas seperti olahraga ringan. Jaga juga porsi makanan yang mencukupi kebutuhan nutrisi Moms dan janin dalam rahim. Rutinlah memeriksakan kandungan, terutama bagi Anda yang mengalami diabetes sejak sebelum hamil agar kadar gula darah tetap stabil tanpa memengaruhi perkembangan janin. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)