TOODLER

Waspada Ancaman Kekurangan Zat Besi pada Balita Anda


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 3 balita Indonesia tercatat mengalami anemia, di mana 50-60% kejadian anemia disebabkan kekurangan zat besi. Jika tidak ditangani, masalah ini bisa membuat Generasi Emas Indonesia tidak tumbuh secara optimal dan menghambat mimpi bangsa untuk menjadi negara maju pada perayaan 100 tahun Indonesia di tahun 2045.

"Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, 1 dari 3 balita Indonesia yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat kekurangan zat besi, sehingga dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri," ujar Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, dalam diskusi virtual bertajuk "Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju" yang diadakan oleh Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia beberapa waktu lalu.

Kekurangan zat besi adalah kondisi ketika kadar ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian. Sebagai bagian dari hemoglobin, fungsi utama zat besi adalah mengantarkan oksigen dari paru-paru untuk digunakan oleh bagian-bagian dalam tubuh anak. Tanpa zat besi, organ-organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak, baik secara kognitif, fisik, hingga sosial.

Peran Zat Besi bagi Tumbuh Kembang Anak

"Zat besi memiliki peran penting untuk mendukung tumbuh kembang anak. Asupan zat besi yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak, sehingga dalam jangka panjang dapat berakibat pada menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak," jelas Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK.

Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. turut menjelaskan, "Kekurangan zat besi tidak hanya memiliki dampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak. Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif."

"Kelak saat memasuki usia sekolah, anak rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa jadi sulit bersaing di dunia kerja. Hambatan ini juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi. Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi, serta memberikan stimulasi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan anak menjadi generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi, dan percaya diri," tambah Anna Surti yang akrab dipanggil Nina.

Kekurangan zat besi dapat dicegah dengan memberikan anak makanan kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu pertumbuhan yang difortifikasi. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik.

"Jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, dan sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan. Tambahkan pula makanan dan minuman yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak," tambah dr. Nurul.


Platform Daring untuk Tes Kekurangan Zat Besi

"Memastikan setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orang tua untuk bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik," tambah Arif.

Danone Specialized Nutrition Indonesia juga menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orang tua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada si Kecil melalui fitur di dalam situs www.generasimaju.co.id.

Di situs ini, orang tua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan bagaimana cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips untuk mendukung anak menjadi Anak Generasi Maju.

"Fitur ini diharapkan dapat membantu orang tua mendeteksi kekurangan zat besi pada anak sejak dini dan bagaimana stimulasi yang perlu dilakukan agar dapat mendukung mereka menjadi generasi maju," tutup Arif. (M&B/SW/Dok. Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia)