Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Untuk memahami secara mendalam mengenai status gizi dan pola makan anak-anak, Royal FrieslandCampina berinisiatif membentuk sebuah studi nutrisi anak-anak di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Bersama dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), studi South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) dilakukan dengan melibatkan 7.200 anak dari usia 6 bulan hingga 12 tahun, yang tersebar di 48 daerah di 25 provinsi di seluruh Indonesia. Studi pun dibagi ke dalam 3 grup usia, yaitu anak usia 6-23 bulan, 2-5 tahun, serta 6-12 tahun.
Dari hasil studi ini diperoleh, pertumbuhan anak-anak di Indonesia masih berada di bawah standar WHO. “Pertumbuhan anak Indonesia secara umum masih berada di bawah rata-rata, misalnya untuk indeks berat badan anak usia 5-10 tahun, baik anak laki-laki maupun perempuan. Jika dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan, berat badan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan jauh lebih baik,“ papar Ketua Seksi Publikasi DPP PERSAGI, yang juga tim peneliti SEANUTS, Moesijanti Soekatri, MCN, Ph.D.
Begitu juga dengan pertumbuhan tinggi badan anak Indonesia. Pada anak usia 5-10 tahun, tinggi badan anak laki-laki dan perempuan masih di bawah standar WHO. Namun ada sedikit perbedaan dalam perbandingan tinggi badan anak di kota dan di desa. Bila pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki di kota masih lebih baik daripada anak laki-laki di desa, perbedaan pertumbuhan tinggi anak perempuan di kota dan di desa tidak terlalu signifikan.
“Yang menarik, ternyata pada anak usia 5-8 tahun, berat badan di bawah standar lebih banyak dialami anak laki-laki. Sedangkan, untuk pertumbuhan tinggi pada anak usia 5-8 tahun, secara rata-rata, anak perempuan jauh lebih pendek dibandingkan anak laki-laki,“ tutup Moesijanti. (Sagar/DMO/Dok. M&B)