BUMP TO BIRTH

Mengenal Serba-serbi Penggunaan Vakum saat Persalinan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Banyak alat bantu yang akan digunakan dokter di ruang bersalin, sesuai dengan kondisi proses persalinan yang sedang ditangani. Vakum hanyalah salah satu alat bantu yang sering dipakai. Mengapa vakum digunakan? Apa efek sampingnya? Berikut tanya jawab M&B dengan dr. Sofani Munzila Sp.OG mengenai serba-serbi penggunaan vakum saat persalinan yang perlu Anda ketahui, Moms.

Apa indikasi penggunaan vakum?

Ada dua jenis indikasi yang menjadi alasan penggunaan vakum, yaitu indikasi ibu dan indikasi janin.

Indikasi ibu terjadi jika ibu mengalami kelelahan karena mengejan. Ibu yang mengejan terlalu lama (lebih dari 1 jam untuk anak kedua dan lebih dari 2 jam untuk anak pertama) biasanya akan merasa lelah saat kepala janin sudah terlihat di ujung jalan lahir. Untuk membantu bayi keluar, dokter mengambil tindakan bedah obstetri berupa ekstraksi vakum.

Indikasi kedua pada ibu adalah penyakit bawaan ibu yang tidak memungkinkan ia mengejan terlalu lama, misalnya kelainan jantung atau paru-paru (TBC atau asma). Ada juga yang disebut dengan inersia, yaitu keadaan di mana ibu tiba-tiba kehilangan rasa mulas saat mengejan.

Sementara, indikasi yang mungkin terjadi pada janin adalah gawat janin, seperti saat denyut jantung janin melemah ketika ibu mengejan, sementara pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah terlihat. Dalam kondisi seperti ini, janin harus segera dilahirkan, karena kalau ia berada terlalu lama di dasar panggul, ia bisa kekurangan oksigen saat melalui jalan lahir.

Bagaimana prosedur vakum?

Untuk prosedurnya, Anda akan diberi bius lokal dengan suntikan lidokain sebelum dokter memasukkan vakum. Untuk vakum rendah (yang dilakukan pada posisi kepala janin sudah turun ke jalan lahir), prosesnya berlangsung sekitar 5-10 menit.

Adakah kondisi tertentu yang tidak boleh mendapatkan bantuan vakum?

Bayi prematur tidak boleh divakum, karena tengkorak kepalanya masih muda. Vakum memberikan tekanan, dan jika tekanan itu terlalu kuat pada tengkorak kepala yang masih muda, tengkorak itu bisa pecah dan menyebabkan perdarahan di dalam. Kondisi lainnya adalah sungsang, karena posisi janin yang melintang tidak memungkinkan untuk dicapai oleh vakum.

Panggul sempit pada ibu atau adanya ketidakcocokan antara besar panggul dan besar bayi juga menjadi alasan vakum tidak boleh digunakan. Jadi, sejak Anda memasuki proses persalinan, dokter akan menilai apakah Anda bisa melahirkan secara normal atau tidak, salah satunya dengan mengukur panggul Anda.

Jika ada kondisi yang meragukan, vakum tidak bisa dipaksakan untuk menghindari risiko yang mungkin dialami bayi setelah itu.

Adakah efek samping dari vakum?

Secara umum, vakum dapat menyebabkan bengkak pada lapisan kulit kepala bayi, itu pun terjadi jika sedotan vakum terlalu kuat. Tetapi normalnya, bengkak tersebut akan hilang dalam 4 hari atau dengan kompres. Risiko yang paling sering terjadi pada bayi yang divakum adalah asfiksia atau kekurangan oksigen saat melalui jalan lahir. Sementara, risiko yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan atau luka pada jalan lahir.

Apakah tekanan vakum dapat memengaruhi kecerdasan bayi?

Secara psikis, vakum rendah (yang dilakukan pada posisi kepala janin sudah turun ke jalan lahir) tidak akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan bayi. Sementara itu, vakum tinggi jika dilakukan terlalu kuat dan disertai komplikasi, mungkin bisa berpengaruh pada tingkat kecerdasan bayi di kemudian hari. (M&B/SW/Dok. M&B Pictures Library)