FAMILY & LIFESTYLE

Tips untuk Orang Tua agar Kompak Mendisiplinkan Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


"Saat anak sudah bisa berbicara (sekitar usia 2 tahun), saat itu pula mereka sudah bisa diajarkan mengenai disiplin," ujar psikolog Rafika Ariani, M.Psi.

Namun, sebelum memulai melatih Si Kecil disiplin, orang tua harus memberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana pun orang tua adalah role model yang pertama kali dilihat oleh anak, Moms dan Dads harus memberi contoh, bagaimana menerapkan disiplin dalam kesehariannya.

Contoh sederhana yang bisa dilakukan adalah bangun pagi. Orang tua selalu bangun pagi setiap hari agar bisa datang tepat waktu ke kantor. Dari contoh ini, anak bisa melihat bahwa orang tua menerapkan disiplin dalam hal bangun pagi. Selain karena harus bekerja, ada konsekuensi lain yang timbul bila terlambat bangun pagi.

Setelah memberi contoh, mulailah Moms dan Dads menerapkan aturan sebagai bagian dalam mendisiplinkan anak. Namun perlu diingat, bahwa peraturan yang diberlakukan di rumah harus satu suara dan dilakukan dengan konsisten.

Jika Moms dan Dads memiliki perbedaan pandangan tentang cara mendisiplinkan anak, tips dari Rafika berikut ini bisa membantu Anda berdua.

1. Seek to understand, then to be understood. Setiap individu tumbuh dari pola asuh yang berbeda. Artinya, ada aturan serta pandangan yang berbeda terhadap sebuah aturan. Untuk itu, ada baiknya orang tua mendengarkan pendapat dari masing-masing pasangan mengenai peraturan maupun konsekuensi yang ingin diterapkan. Secara perlahan, baru kemukakan pendapat atau pandangan Anda sendiri.

2. Cari solusi terbaik. Setelah memahami sudut pandang masing-masing, diskusikan solusi terbaik agar peraturan yang diberikan tetap satu suara. Apakah perlu menerapkan pembagian kendali? Apakah peraturan tersebut disepakati bersama? Kalaupun ada pembagian kendali, tetap harus disepakati kedua belah pihak.

3. Libatkan anak dalam membuat peraturan. Mendengarkan pendapat anak atas pandangannya terhadap peraturan akan membantu orang tua melihat lebih jelas kebutuhan maupun kepribadian Si Kecil. Yang jelas, aturan yang dibuat untuk kebaikan anak dan satu suara dalam menerapkannya, akan memberi dampak positif pada banyak hal bagi Si Kecil.


Jika Tidak Kompak

Orang tua yang tidak satu suara dalam menerapkan disiplin akan membangun mental image pada anak bahwa kedisiplinan bukan sesuatu yang harus dipatuhi.

Selain itu, hal tersebut juga bisa membuat Si Kecil menjadi manipulatif. Saat mengetahui salah satu orang tua lebih 'lemah', anak dapat menggunakan kelemahan tersebut sebagai alasan untuk tidak disiplin.

Orang tua yang tidak satu suara dan tidak konsisten dalam menerapkan disiplin, dampaknya bisa menyebar ke tempat lain, seperti sekolah. Anak tidak lagi memandang peraturan sebagai sesuatu yang wajib ditaati, karena di rumah ia terbiasa mendapatkan pembelaan dari salah satu orang tua.

Agar kondisi ini tidak terjadi, orang tua perlu membuat kesepakatan bersama tentang perlunya satu suara dalam mendisiplinkan anak. Hal ini bisa disepakati dengan membagi kendali, misalnya Dads memiliki kendali atas hiburan anak seperti televisi, gadget, dan sebagainya. Sementara Moms memiliki kendali terhadap peraturan akademik anak.

Tetapi pastikan orang tua setuju dengan perbedaan kendali dalam penerapan aturan tersebut. Ketika salah satu orang tua memberikan konsekuensi terhadap sebuah aturan, ia tahu bahwa pihak tersebut yang memegang kendali, kecuali konsekuensi dianggap sudah terlalu belebihan dan membahayakan anak.

Orang tua juga sebaiknya berdiskusi terlebih dahulu sebelum menerapkan disiplin. Gali pemahaman masing-masing pasangan tentang alasan menerapkan disiplin mereka. Setelah itu cari solusi bersama agar mendapat yang terbaik untuk anak. (M&B/SW/Dok. Freepik)