Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
"Awas, jangan ke sana, Nak!" Kalimat ini cukup sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini menunjukkan rasa khawatir dan takut, entah saat Si Kecil sedang bermain atau sedang berjalan kaki bersama. Memang wajar jika Anda takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Si Kecil, seperti yang dijelaskan Psikolog Erin M. Naland, M.Psi dari FAME Consultant. Namun, jangan sampai perasaan negatif itu terbawa pada pola asuh Anda. Bahkan rasa ini muncul sebelum Si Kecil lahir.
Ketakutan Semakin Besar
Setelah anak lahir, kuantitas rasa takut dan khawatir akan bertambah. Kebanyakan orang tua khawatir anaknya sakit, tidak tumbuh dengan baik, dan tidak bisa meraih masa depan yang gemilang. Menurut Erin, hal ini timbul karena tanggung jawab Anda atas seluruh kehidupan Si Kecil.
Terkadang, ketakutan orang tua juga dipengaruhi oleh trauma atau pengalaman pribadi di masa lalu. Moms dan Dads yang tidak ingin trauma terjadi kepada anaknya, malah menjadi terlalu khawatir, sehingga melarang Si Kecil tentang banyak hal.
Selain itu, terlalu update dengan perkembangan dunia masa kini juga memicu rasa takut tersebut. Beberapa hal yang ditakutkan orang tua pada anaknya seperti terjangkit penyakit mematikan, diculik, menjadi korban kekerasan, dan banyak lagi ketakutan lain.
Mengatasi Kekhawatiran
Rasa khawatir yang berlebihan ini bisa berubah menjadi hal yang tidak wajar. Erin mengungkapkan bahwa rasa khawatir dalam takaran normal akan membuat orang tua waspada dan bisa mengantisipasi masalah yang mungkin dihadapi anaknya.
Tetapi, rasa takut berlebihan akan membuat Anda menjadi orang tua overprotective yang justru menghambat tumbuh kembang anak. "Terkadang, ada beberapa rasa takut yang tidak berdasar, misalnya dari mitos-mitos atau kabar burung yang beredar," kata Erin.
Agar rasa khawatir dan takut Anda tetap di level wajar, lakukanlah hal-hal berikut ini untuk mengatasinya:
⢠Filter rasa takut
Ketika rasa takut menghampiri, pikirkan kembali kekhawatiran tersebut. Anda harus tahu mana ketakutan yang memang layak dipikirkan atau ketakutan yang tidak berdasar. Karena kecemasan dan kekhawatiran itu menular, Moms. Jika Anda terlalu khawatir dan selalu ketakutan, Si Kecil akan tumbuh menjadi anak yang insecure dan tidak percaya diri dalam mengambil keputusan.
⢠Cari informasi
Jadilah orang tua yang well informed. Ketika Anda mulai khawatir, cari informasi terkait pemicunya. Misalnya, Anda takut Si Kecil menjadi korban kekerasan, cari informasi terkait hal tersebut, kemudian ajarkan ia untuk menjaga dirinya. Membekali Si Kecil dengan pengetahuan seperti itu akan membantunya lebih waspada dan berani.
⢠Cari siasat untuk mengatasi rasa takut
Daripada melarang Si Kecil naik sepeda karena Anda takut ia jatuh dan terluka, lebih baik Anda memberinya helm serta pelindung tangan dan kaki. Intinya, Anda harus melakukan aksi pencegahan sebelum kekhawatiran Anda semakin kuat. Menurut Erin, cara ini lebih baik, sebab Anda tidak membatasi aktivitas Si Kecil, tetapi tetap menjaganya agar aman.
⢠Buang kata-kata negatif
Otak Si Kecil sama dengan manusia pada umumnya, tidak bisa menangkap kata-kata berkonotasi negatif dengan baik. Saat Anda berteriak, "Jangan lari-lari, Nak!", yang akan ditangkap otak Si Kecil adalah perintah untuk tetap berlari. Akibatnya, Si Kecil justru melakukan hal lain yang berlawanan dengan ketakutan Anda dan membuat Anda semakin khawatir.
Menurut Erin, cara terbaik untuk mengatasi rasa khawatir Anda adalah dengan memberikan penjelasan sederhana kepadanya dengan kalimat positif. Misalnya, untuk mencegah Si Kecil berlari, Anda bisa mengatakan, "Jalan saja pelan-pelan, ya." So, keep calm ya, Moms! (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)