FAMILY & LIFESTYLE

Mitos & Fakta Kanker Payudara yang Perlu Anda Tahu


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia (Breast Cancer Awareness Month). Di bulan ini, kita kembali disadarkan akan bahayanya penyakit tersebut. Mengingat bahayanya penyakit yang merupakan jenis kanker kedua terbanyak diderita wanita di Indonesia, setelah kanker mulut rahim, kita perlu mewaspadainya.

 

Jumlah penderita kanker payudara setiap tahunnya bertambah. Karena itu, kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit ini sangat diperlukan untuk mendeteksi dini kemungkinan kanker payudara pada seseorang. Anda juga sebaiknya memahami mitos dan fakta seputar penyakit ini untuk lebih mengetahui perihal kanker payudara.

 

Dilansir dari situs Yayasan Kanker Payudara Indonesia, www.pitapink-ykpi.or.id, berikut ini mitos dan fakta tentang kanker payudara yang perlu Anda ketahui.

 

Mitos: Benjolan di payudara berarti Anda terkena kanker payudara.

Fakta: 8 dari 10 benjolan yang ditemukan di payudara merupakan tumor jinak atau tidak memiliki sifat kanker. Namun, jika Anda menemukan benjolan permanen di payudara, segera temui dokter untuk memastikan bahwa benjolan tersebut tidak berbahaya. Tindakan ini akan membebaskan Anda dari rasa cemas. Ini juga bisa menyelamatkan nyawa Anda, karena jika terdeteksi dini, pengobatan kanker payudara akan lebih optimal.

 

Mitos: Pria bebas dari kanker payudara.

Fakta: Pria juga bisa terkena kanker payudara meskipun persentasenya lebih kecil daripada perempuan. Kanker payudara pada pria juga berbahaya. Penyebaran kanker payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara pria lebih tipis dari perempuan sehingga pada tahap awal mungkin sudah terjadi pelekatan pada jaringan sekitarnya.

 

Mitos: Mamogram dapat menyebabkan kanker payudara menyebar.

Fakta: Mamogram merupakan tes standar untuk pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X guna mengambil foto jaringan. Sinar X dan tekanan mesin mamogram pada payudara tidak menyebabkan kanker menyebar. Anda bisa bertanya dan berkonsultasi tentang proses mamografi pada dokter agar lebih yakin.

 

Mitos: Jika keluarga terkena kanker payudara, maka Anda juga akan terkena kanker payudara.

Fakta: Perempuan dengan riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi terkena kanker payudara. Jika ibu, saudara perempuan, atau nenek Anda terkena kanker payudara, lakukan pemeriksaan mamografi 5 tahun sebelum usia mereka didiagnosis terkena kanker. Meskipun begitu, kebanyakan perempuan yang terkena kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.

 

Mitos: Anti-perspirant bisa menyebabkan kanker payudara.

Fakta: Topik ini telah menjadi topik hangat sejak beberapa tahun, tapi belum ada bukti nyata. Penelitian di Inggris menunjukkan adanya paraben (bahan kimia yang digunakan pada banyak kosmetik) pada jaringan payudara. Dari 20 penderita kanker payudara yang diteliti, 18 mengandung paraben. Meskipun penelitian menunjukkan adanya paraben pada payudara, hal ini tidak membuktikan paraben sebagai penyebab kanker payudara. Perlu diketahui bahwa anti-perspirant /deodoran saat ini bebas paraben. Faktor berisiko yang utama dari timbulnya kanker payudara adalah bertambahnya usia.

 

Mitos: Penderita tumor di payudara ketika menyusui akan meningkatkan risiko kanker pada anak.

Fakta: Studi yang dilakukan menunjukkan bahwa sel kanker tidak dapat terbawa melalui menyusui. Sel kanker tidak terdapat pada ASI sehingga tidak akan terbawa.

 

Mitos: Kanker payudara bisa disebabkan oleh luka di payudara.

Fakta: Tidak ada bukti yang menunjukkan benturan atau luka di payudara dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

 

Mitos: Perempuan dengan payudara kecil tidak berisiko terkena kanker payudara.

Fakta: Payudara kecil tidak menurunkan risiko terkena kanker payudara.

 

Mitos: Pemeriksaan payudara mencegah kanker payudara.

Fakta: Pemeriksaan payudara bertujuan mendeteksi dini kanker payudara dan tidak dapat mencegah kanker payudara. (Susanto Wibowo/Dok. Freepik)