Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sarapan mempunyai pengaruh positif terhadap proses pembelajaran di sekolah, termasuk kinerja kognitif dan prestasi di sekolah. Kinerja kognitif ini terutama dalam hal daya ingat dan kemampuan memerhatikan pelajaran di sekolah. Kebiasaan sarapan juga berhubungan positif dengan kualitas nilai dan prestasi di sekolah, begitu pentingnya sarapan, namun sayangnya masih banyak anak usia sekolah yang melewatkan sarapan. Dengan alasan beragam, misalnya sulit membangunkan anak lebih pagi, anaknya sulit diajak sarapan, tidak cukup waktu untuk mempersiapkan sarapan di pagi hari, atau takut terlambat ke sekolah.
Ini patut disayangkan mengingat sarapan ternyata memiliki korelasi erat dengan kerja otak dan pengaruhnya pada kemampuan konsentrasi dan berpikir akademis. Dengan kata lain, sarapan pada anak penting karena dapat membantu mengembangkan cara berpikirnya. Anak-anak yang jarang atau tidak pernah sarapan akan memiliki cabang otak yang sedikit sehingga menghambat daya berpikirnya. Sedangkan anak yang selalu sarapan akan memiliki banyak cabang di otak sehingga menghasilkan anak yang cepat tanggap.
Menurut dr Ulul Albab, Sp.OG dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI),anak yang tidak melakukan sarapan akan cenderung lamban dalam beraktivitas dan memiliki tingkat konsentrasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan untuk anak terutama ketika anak masih sekolah adalah sangat penting. Anak-anak mempunyai metabolisme glukosa otak yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Studi mengenai Positron Emission Tomography mengindikasikan bahwa tingkat metabolisme dari penggunaan glukosa kurang lebih dua kali lipat lebih tinggi pada anak-anak usia 4-10 tahun dibandingkan dengan orang dewasa.
Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh, anak mampu meningkatkan konsentrasinya dalam menerima pelajaran, oleh karena itu orangtua perlu memerhatikan dan menyiapkan sarapan bernutrisi untuk buah hatinya. Asupan makanan saat sarapan untuk membentuk energi yang akan digunakan beraktivitas seharian dan menjadikan anak lebih berkonsentrasi dalam belajar. Dengan sarapan, anak dapat konsentrasi dengan baik dan siap beraktivitas.
Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS, menambahkan, tubuh membutuhkan gizi yang tepat untuk mengembalikan energi setelah tubuh berpuasa selama 8 jam ketika tidur malam, sehingga dibutuhkan asupan yang tepat dengan menu sarapan bergizi. “Menu sarapan bergizi adalah yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air”. Riset yang telah dilakukan oleh PERGIZI Pangan Indonesia menyebut konsumsi sarapan bergizi dengan gizi seimbang berperan besar bagi anak-anak sekolah. Disamping itu, sarapan bergizi harus mampu memenuhi kebutuhan gizi harian.
Temuan bahwa pentingnya sarapan bergizi untuk mengembalikan energi setelah tidur malam 8 jam seperti berpuasa agar anak Indonesia siap konsentrasi tersebut menginspirasi Energen untuk menggelar kampanye “Sarapan Bernutrisi Agar Perut Terisi Siap Konsentrasi”. “Sarapan sangat penting untuk mengembalikan energi yang terpakai ketika tidur malam 8 jam seperti berpuasa ketika organ tubuh tetap bekerja tetapi tidak ada asupan yang masuk ke dalam tubuh. Melalui kampanye Perut Terisi Siap Konsentrasi, Energen mengajak keluarga Indonesia menerapkan kebiasaan sarapan teratur yang bergizi dengan segelas Energen” sambut Marketing Manager Sr, Healthy Food Division, Jonathan Setiadi.
Kampanye yang akan digelar selama tahun 2018 diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan keinginan masyarakat untuk membiasakan sarapan bergizi sebagai awal yang penting dalam memulai hari, sama seperti nilai yang terkandung di dalam Energen yaitu Everyday Nutritious Start. Merupakan solusi produk sarapan bergizi untuk keluarga Indonesia yang mengandung Kebaikan Susu Bernutrisi, Sereal Mengenyangkan dilengkapi Telur dan Sigmavit (vitamin A, B1, B2, B6, B12, D, E dan kalsium). Kandungan gizi yang terdapat pada produk Energen membantu mengembalikan energi yang hilang saat tidur malam 8 jam seperti berpuasa agar siap konsentrasi.”, ujar Jonathan Setiadi. (Susanto Wibowo/Dok. Energen)