Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Benesse Educational Research and Development (BERD) Institute mengadakan survei kepada Ibu-Ibu yang memiliki anak usia 4-6 tahun dari Finlandia, China, Jepang, dan Indonesia pada tahun lalu. Untuk di Indonesia, institut yang merupakan milik perusahaan pelayanan pendidikan di JepangBenesse Corporationmenyurvei 900 responden yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Dan didapatkan fakta menarik mengenai cara mengasuh anak di usia dini. Apa itu?
“Survei dilakukan dengan mewawancarai para ibu melalui kunjungan ke rumah. Poin-poin yang disurvei antara lain waktu kebiasaan anak terkait media pembelajaran, sudut pandang orangtua terkait pengasuhan dan pendidikan untuk anak, harapan untuk masa depan anak, kemampuan sosial emosional anak, waktu yang dihabiskan bersama anak, dan sebagainya," kata Direktur PT Benesse Indonesia Daisuke Okada, seperti rilis yang diterima redaksi Mother&Baby, ditulis Selasa (5/6/2018).
Negara subjek survei penelitian adalah negara-negara yang berada di Benua Asia seperti Jepang, Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi berkembang, terdiri dari berbagai macam agama dan etnis, China yang fokus pada pengembangan kemampuan sosial emosional dalam pendidikan usia dini, dan sebagai perbandingan dari benua Eropa dipilih Finlandia.
Dibandingkan ibu-ibu dari Jepang, China, dan Finlandia, Ibu-ibu di Indonesia memiliki keinginan yang lebih kuat agar anaknya menjadi sosok yang mewarisi keturunan keluarga, sosok yang akan mengurus orangtua di masa yang akan datang, sosok yang bisa mengabulkan cita-cita orangtua, dan sosok yang akan mengabdi kepada masyarakat di masa depan.
Ketua Asosiasi Pendidikan Guru PAUD, Dr. Sofia Hartati., M.Si mengungkapkan bahwa dari hasil survei, kita mengetahui waktu kebiasaan anak berbeda-beda di setiap negara tergantung pada sistem pendidikan anak usia prasekolah, kebudayaan, agama, dan iklim. Di Indonesia, kesadaran keluarga lebih kuat dikarenakan adanya pengaruh dari agama. Mereka cenderung mengharapkan anaknya menjadi sosok yang memegang peranan dalam keluarga.
Berikut lima fakta menarik dari hasil survei tersebut, yaitu:
Fakta pertama adalah terkait waktu kebiasaan anak. Ternyata, anak-anak Indonesia tercatat bangun tidur lebih awal. Alasannya, Indonesia memiliki banyak kegiatan di pagi hari dan bagi anak-anak pemeluk agama Islam harus melakukan salat Subuh. Pada hari biasa, anak Indonesia yang bangun tidur sebelum pukul 05.30 mencapai 11,1% dan yang bangun pada pukul 06.00 mencapai 31,9%.
Sementara itu, anak-anak di tiga negara lainnya (Jepang, China, dan Finlandia) yang bangun tidur pada pukul 05.30 hanya mencapai kurang dari 3%. Adapun yang bangun pada pukul 06.00 hanya kurang dari 13%. Anak-anak di Jepang, China, dan Finlandia ternyata lebih banyak bangun tidur pada pukul 07.00.
Grafik 1 Waktu bangun tidur di hari biasa (%)
Fakta kedua adalah terkait waktu yang dihabiskan di playgroup atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Hasil survei mengungkapkan bahwa 89,8% anak Indonesia menghabiskan waktu kurang dari 4 jam di PAUD. Itu artinya, lebih singkat dibandingkan dengan anak-anak dari negara lain.
Anak-anak di Indonesia ternyata tidak ada yang pernah menghabiskan waktu di PAUD hingga lebih dari 8 jam. Sebaliknya, anak-anak di negara lain justru banyak menghabiskan waktu di PAUD hingga lebih dari 8 jam. Anak-anak di China yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam di PAUD mencapai 50%.
Selanjutnya, disusul oleh anak-anak di Finlandia 44%, dan Jepang 10%. Lamanya anak-anak di Jepang, China, dan Finlandia menghabiskan waktu di PAUD karena banyak orangtua di sana adalah wanita pekerja.
Grafik 2 Waktu yang dihabiskan anak di Playgrup dan PAUD (%)
jawaban hanya dari Ibu rumah tangga
Fakta ketiga adalah terkait mengasuh anak dari perspektif ibu. Bagi Ibu di Indonesia, ada tiga hal yang memerlukan usaha paling besar dalam mengasuh anak. Pertama, yaitu menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti menyikat gigi, mandi, dan sebagainya (66.9%). Selanjutnya, disusul dengan usaha menjaga kesehatan tubuh (64.8%), dan main bersama orangtuanya (56.7%).
Dalam studi longitudinal, perkembangan pada usia prasekolah (3-6 tahun) yang dilakukan oleh BERD, anak-anak yang menguasai kebiasaan hidup pada usia 3-4 tahun akan memiliki kemampuan sosial emosional yang lebih baik pada usia 4-5 tahun. Kemampuan sosial emosional itu berhubungan dengan perkembangan aspek kognitif seperti huruf, angka, dan kemampuan berpikir.
Oleh karena itu, menanamkan kebiasaan hidup sejak dini sangat penting untuk mengembangkan aspek kognitif dan afektif anak.
Grafik 3 Pengasuhan yang memerlukan usaha?%, hasil survei Indonesia dari atas ke bawah
Fakta keempat adalah terkait harapan orangtua terhadap masa depan anak. Hasilnya, para ibu Indonesia di Indonesia mengharapkan anaknya menjadi orang yang menyayangi keluarga (75,8%), menjadi orang yang memiliki sikap kepemimpinan (53,1%), dan menjadi orang yang bisa memanfaatkan kemampuan tinggi dalam pekerjaan (35%).
Serupa dengan ibu di Indonesia, ibu di China (77,9%) dan Finlandia (81,7%) juga menginginkan anak mereka menjadi orang yang menyayangi keluarga. Hanya para ibu di Jepang berharap anak mereka menjadi orang yang memiliki pendirian atau pendapat sendiri (72,3%).
Grafik 4Anda ingin anak anda tumbuh dan berkembang menjadi seperti apa saat ia dewasa
Fakta kelima adalah terkait sosok seorang anak. Para ibu di Indonesia menilai bahwa anak adalah sosok yang mewarisi keturunan keluarga untuk masa depan (64,3%), sosok yang akan mengurus orangtua di masa yang akan datang (57,9%), dan sosok yang bisa mengabulkan cita-cita orangtua (57,0%). Tiga penilaian tersebut merupakan hasil survei yang unik dari Indonesia, karena 30 poin lebih tinggi dibandingkan negara lain.
Sofia Hartati memaparkan bahwa dari suku dan agama apa pun yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia, anak merupakan harapan orangtua dan penerus keluarga. Secara psikologis memiliki anak ada rasa aman, karena saat mereka tua ada yang menjaga, merawat, dan memberi perhatian.
Sementara itu, para ibu di Jepang (66,6%) dan Finlandia (98,9%), menilai bahwa anak adalah sosok yang memakmurkan kehidupan sehari-hari. Adapun ibu di China menilai bahwa anak adalah sosok yang mempunyai karakter atau kepribadian yang berbeda dengan orangtua (81,2%).
Grafik 5 Sosok seorang anak (Jawaban pilihan. %)
“Dari hasil survei, kita dapat melihat bahwa kebiasaan anak-anak di setiap negara berbeda-beda, tergantung dari sistem pendidikan anak usia prasekolah, kebudayaan, agama, dan iklim. Tetapi dari sini kita pahami bahwa sangatlah penting untuk melakukan pendidikan sejak usia dini. Pendidikan yang baik untuk anak-anak pada usia ini adalah bermain bersama orangtua, menghabiskan waktu bermain sambil belajar. Dan juga penting bagi anak-anak untuk mulai menanamkan kebiasaan hidup yang baik sejak dini, karena ini akan berdampak kepada pertumbuhan motivasi dan kepercayaan diri anak untuk melakukan banyak hal di masa depan,” tutup Sofia Hartati. (Qalbinur Nawawi/Dok. Istimewa)