Type Keyword(s) to Search
BABY

Bayi Melewati Fase Merangkak, Perlukah Moms Khawatir?

Bayi Melewati Fase Merangkak, Perlukah Moms Khawatir?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Si Kecil kok tiba-tiba sudah bisa berjalan, padahal ia belum belajar merangkak? Apakah hal ini wajar? Apakah bakal berpengaruh terhadap kemampuan motoriknya kelak setelah besar?

Duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan. Normalnya, begitulah fase perkembangan motorik Si Kecil. Biasanya, bayi mulai bisa duduk pada usia 6 bulan. Di antara usia 7 hingga 10 bulan, ia akan mulai belajar merangkak. 

Pada usia 10 bulan, Si Kecil akan mulai punya kemampuan untuk berdiri dengan bertumpu pada meja, kursi, atau benda-benda lainnya. Lantas memasuki usia 1 tahun, ia mulai menjelajah. Di usia ini, sebagian bayi sudah bisa berjalan tanpa bantuan.

Namun ada sebagian anak yang perkembangan motoriknya ternyata melewati fase tertentu, misalnya dari duduk langsung berjalan tanpa melalui tahapan merangkak terlebih dahulu. Pertanyaannya, apakah kondisi seperti ini memiliki efek negatif bagi kemampuan motorik Si Kecil?


Efek Negatif?

Sebagian pakar menganggap, bayi yang melewati fase merangkak akan punya masalah dalam koordinasi gerak. Mereka beranggapan bahwa merangkak adalah fondasi penting untuk perkembangan otak, sekaligus melatih koordinasi gerak agar lebih terampil, luwes, dan stabil.

Selain itu, dengan merangkak artinya bayi mempersiapkan otot dan sarafnya menuju gerakan lain yang lebih matang, seperti berjalan dan berlari. Saat bayi merangkak, ia mengembangkan kontrol postural dan kekuatan otot anti-gravitasi tubuhnya, baik otot-otot di sekitar pinggul, pangkal paha, maupun perut. Semua ini adalah kunci kesiapan untuk berdiri tegak secara mandiri.

Ketika bayi melewatkan fase merangkak, ia akan mengalami perubahan yang terlalu cepat. Bukan tak mungkin, ia belum mengembangkan kemampuannya dengan sempurna sehingga cenderung mudah jatuh atau tersandung.


Jangan Khawatir

Namun anggapan tersebut ditepis oleh DR.dr. Rini Sekartini, SpAK, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dr. Rini mengatakan bahwa tidak semua anak melalui tahapan merangkak. Ada sekitar 15 persen di antaranya yang tidak melalui tahapan merangkak. Mereka langsung berdiri dan merayap. Moms, tidak perlu khawatir karena fenomena ini juga merupakan hal yang normal.

"Karena wajar terjadi, tidak perlu khawatir apabila anak tidak merangkak. Kecuali pada keadaan selanjutnya terjadi keterlambatan perkembangan lain, misalnya terlambat untuk berdiri sendiri, merambat, atau berjalan. Perlu dilakukan evaluasi meliputi pemeriksaan fisik dan mencari penyebab keterlambatan tersebut," jelas dr. Rini.

Dalam buku What To Expect The First Year juga disebutkan bahwa berbeda dari fase duduk dan berdiri, merangkak merupakan fase yang tidak bisa ditebak dalam perkembangan seorang anak sehingga kebanyakan skala penilaian tumbuh kembang anak tidak mencantumkannya sebagai indikasi.

David Gellar, dokter anak dari situs www.babycenter.com menjelaskan lebih lanjut bahwa keterlambatan perkembangan penting yang diseharusnya dikhawatirkan orang tua adalah saat anak tidak juga bisa duduk sendiri, tak mampu mengambil benda dengan kedua tangan, tidak bisa menggerakan kedua tangan dan kaki, tidak bisa berguling ke kiri dan kanan, serta tidak bisa berdiri dengan atau tanpa dukungan.

Setiap anak memiliki waktu dan kemampuan yang berbeda dalam mencapai setiap tahapan pertumbuhannya. Akan tetapi jika sampai saatnya bayi terlihat tidak memiliki kemauan untuk berkeliling dengan menggerakkan tubuhnya (dalam arti merangkak, merayap, atau apa pun cara mereka untuk bergerak), perhatikan gerakan tangan dan kakinya. Moms juga perlu memerhatikan koordinasi tubuhnya. Jika Si Kecil mengalami kelainan semacam ini, Moms harus segera berkonsultasi dengan dokter anak guna mengetahui secara pasti penyebab masalah yang dialami anak Anda. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)