Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Pemikiran seperti ini, bukannya tidak berdasar, karena memang amandel atau dalam istilah kedokteran disebut tonsil adalah organ imunitas yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan. Amandel akan bekerja secara optimal terutama pada anak usia kurang dari satu tahun, karena sistem imunnya belum bekerja dengan baik.
Seiring dengan bertambahnya usia si kecil, bertambah pula sistem imun tubuh sehingga fungsi amandel akan menurun. Ketika fungsinya mulai menurun, amandel akan mudah terinfeksi dan bengkak saat bakteri atau virus menyerang tenggorokan. Tak jarang pula amandel malah menjadi sarang kuman dan membuat infeksi berulang.
Saat amandel bengkak, saluran napas akan terhalang dan menyebabkan sleep apnea atau gangguan henti nafas sesaat ketika tidur, “Padai balita sleep apnea yang disebabkan oleh tonsilitis sering terjadi, karena tenggorokannya lebih sempit dibanding orang dewasa,” jelas Dr. Agus Subagio Sp. THT dari Rumah Sakit Puri Indah Jakarta. Dampak yang akan di hadapi si kecil jika mengalami sleep apnea adalah tidur mendengkur, henti napas diikuti terengah-engah atau tersedak, mengantuk di siang hari karena tidak dapat tidur dengan pulas, mengompol, gangguan pertumbuhan dan bahkan gagal jantung. Selain itu dampak-dampak tersebut, sleep apnea pun dapat mengganggu perkembangan kecerdasan si kecil. Lebih lanjut Dr. Agus menjelaskan, ketika si kecil tidak bernapas dengan baik saat tidur, maka pasokan oksigen ke otak pun berkurang mengakibatkan tubuh tidak fit dan sulit baginya untuk menerima pelajaran di sekolah.
Sleep apnea akibat pembengkakan amandel bisa diatasi dengan membebaskan jalur napas anak, dimulai dengan terapi obat atau jika tonsil yang terinfeksi ukurannya kian membesar bisa dilakukan operasi pembuangan tonsil. Ada beberapa prosedur operasi tonsil, mulai dari konvensional seperti guillotine, teknik diseksi, sampai cara modern dengan menggunakan teknik elektrokauter dan teknik radiofrekuensi. Teknik radiofrekuensi saat ini lebih populer digunakan untuk pengangkatan tonsil terutama untuk pasien balita, karena teknik ini menggunakan energi temperatur rendah (40-70 derajat Celcius) sehingga jaringan yang rusak lebih minimal, “Radiofrekuensi sangat aman bahkan bagi balita usia tiga tahun karena pendarahan lebih sedikit, nyeri pasca operasi lebih ringan, dan tidak terdapat luka operasi yang terbuka,” ungkap Dr. Agus.
Jika si kecil memang sering demam dan mengalami sleep apnea karena infeksi amandel, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter THT untuk mendapatkan penanganan yang tepat! (Karina/Dok. M&B)