Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kekerasan seorang guru terhadap muridnya, masalah server UNBK rusak, atau ada jembatan roboh yang merupakan akses untuk menuju ke sekolah di salah satu daerah di Indonesia, memang menjadi bagian dari masalah pendidikan di Indonesia. Namun lebih dari itu, ada beberapa masalah krusial yang hingga kini masih belum teratasi.
Najeela Shihab, Inisiator Jaringan Semua Murid Semua Guru (SMSG) mengatakan 3 persoalan utama pembangunan di bidang pendidikan Indonesia yaitu akses, kualitas dan pemerataan.
“Sekitar 5 juta anak usia sekolah di Indonesia, tidak bersekolah. Perbaikan akses memberi kesempatan anak untuk sekolah, tetapi saat berada di ruang kelas mereka dijejali informasi yang seharusnya mudah didapat dengan teknologi,” ujarnya saat ditemui di kawasan Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 26 April 2018.
Saat ini, peningkatan kualitas belajar-mengajar dijumpai Najelaa masih sebatas pada upaya pemenuhan tujuan yang terlalu rendah, yaitu untuk meningkatkan pencapaian nilai ujian atau demi mengungkit data statistik di permukaan.
Menurut Najeela, untuk mengupayakan peningkatan terhadap akses dan kualitas pendidikan dapat terwujud lebih progresif dan berdampak lebih besar melalui pelibatan aktif seluruh unsur publik.
“Harapan akan keluaran pendidikan yang lebih baik di Indonesia hanya dapat terwujud secara efektif dengan mengubah paradigma pendidikan lebih dari sekadar kegiatan bersekolah. Pendidikan merupakan sebuah proses kolaboratif antara anak, orang tua, pendidik dan lingkungan sosialnya yang terjadi sepanjang hayat,” ujarnya
Pendidikan adalah Tanggung Jawab Bersama
Bersama jaringan Semua Murid Semua Guru (SMSG) yang lahir sejak 3 tahun lalu, Najeela bergerak untuk mempercepat pencapaian aspirasi pendidikan Indonesia.
“SMSG berupaya menggalang emansipasi untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya, melalui berbagai kegiatan kreatif berbentuk sesi peningkatan kesadaran, dialog, konsultasi dan kemitraan program yang menyentuh dan melibatkan anak atau murid, guru, orang tua dan mitra kerja lainnya secara sekaligus.” ungkapnya.
Hingga 2018, SMSG didukung oleh sedikitnya 399 komunitas dan organisasi pendidikan, telah menjangkau sedikitnya 500 sekolah yang menjalankan praktik baik dan menjangkau sebanyak 357.329 relawan guru, orang tua dan siswa di 252 kabupaten/kota, serta bekerja sama dengan 15 kementerian/lembaga dan 28 media massa.
Dalam menjalankan aktivitasnya, SMSG berpegang pada 5 prinsip jaringan yang dilaksanakan bersama, yaitu mewujudkan pelajar sepanjang hayat, memberdayakan semua pelaku dan peran, menghargai keragaman, berkolaborasi secara terbuka, dan mempraktikkan standar baik.
Para pegiat Jaringan SMSG percaya, publik yang terdiri dari unsur komunitas atau organisasi pendidikan dan guru, tokoh masyarakat, pemuda, korporasi swasta atau sektor industri, media dan masih banyak lagi, dapat dan perlu diberdayakan untuk turut mendorong peningkatan pendidikan Indonesia.
“Masing-masing dari kita adalah subjek, sekaligus objek pendidikan. Begitu banyak kegagalan paham yang bisa kita atasi dengan kegemaran belajar karena kita SEMUA MURID. Begitu banyak peran yang kita bisa ambil dan teladan yang bisa kita lakukan karena kita SEMUA GURU.” tutupnya. (Vonda Nabilla/SW/Dok.SMSG)