FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Aritmia, Penyebab Jantung Berdetak Tak Teratur


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital. Namun pernahkah Anda menerka-nerka, bagaimana ya caranya jantung bisa berdetak? Jawabannya adalah karena adanya listrik miokard, yang membuat jantung bisa bekerja sebagai pemompa darah. Jika listrik ini mengganggu laju jantung menjadi tidak teratur, maka muncul gangguan bernama aritmia. Ya, aritmia memang sangat berbahaya karena bisa menyebabkan jantung berdetak tidak teratur.

Secara garis besar, aritmia terdiri dari 2 kelompok, bradiaritmia di mana laju jantung menjadi terlalu lambat (kurang dari 60 kali per menit [kpm]) dan takiaritma dengan kondisi laju jantung yang terlalu cepat (lebih dari 100 kpm).

Gejala

Aritmia bisa terdeteksi dengan gejala yang cukup sering dirasakan banyak orang. Seperti kelelahan, napas pendek atau sesak, pusing, hingga pingsan. Semua gejala ini tergolong sebagai penyakit aritmia jika terjadi secara berkelanjuta. Namun, gejala yang paling sering dikeluhkan pasien adalah jantung berdebar dengan tempo tidak teratur.

Penyebab

Penyebab penyakit ini di antaranya karena pasien mengonsumsi obat-obatan terlarang, merokok, dan minum alkohol. Selain itu, pemicu aritmia juga berasal dari penyakit lainnya seperti diabetes atau hipertensi. Jika dilihat dari penyebabnya, aritmia cenderung dapat diderita oleh orang dewasa.

Penderita

Namun ternyata, gangguan ritme jantung ini bisa juga diderita oleh ibu hamil. “Aritmia sendiri sudah bisa diderita oleh anak-anak. Hal ini biasanya disebabkan karena kelainan bawaan,” jelas dr. Dicky. Perawatan tahap awal juga dengan menggunakan obat-obatan. “Jika umur dan kondisi tubuh sudah lebih kuat, maka akan dilakukan intervensi dengan meletakkan alat picu jantung di perut pasien bayi.”

Pengobatan

Menurut dr. Dicky Amein Hanafy, Sp.JP(K), FIHA, Ketua InaHRS (Indonesia Heart Heart Rhythm Society), pengobatannya dilakukan dengan memberi obat-obatan pada tahap awal. Lalu, jika kondisi sang ibucukup gawat menurut pertimbangan dokter, maka akan dilakukan intervensi seperti dengan sinar X.

Namun, yang paling penting dalam mengobati aritmia pada bayi dan ibu hamil adalah dengan menghindari faktor pemicunya. Seperti penjelasan di atas bahwa beberapa penyakit lain seperti darah tinggi mampu menjadi penyebab gangguan ritme laju jantung ini.

Di Indonesia sendiri, fasilitas perawatan aritmia masih terhitung sangat sedikit, baik dari dokter ahli, petugas medis profesional dan juga peralatannya. Hal ini menjadi perhatian InaHRS dan juga para dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PerKI).

Karenanya, mereka meminta dukungan dari banyak pihak seperti rumah sakit dan pemerintah untuk bisa menyediakan fasilitas perawatan aritmia untuk membantu para penderita yang ada di Indonesia.

Maka, jika Moms merasakan gejala-gejala aritmia secara berkelanjutan atau terjadi dalam jangka waktu lebih dari 2 minggu, cobalah periksakan ke dokter. Dengan memberi perawatan sedini mungkin, Anda bisa menjaga kesehatan jantung diri sendiri dan juga keluarga dengan lebih baik. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)