Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anak Anda mengalami pelecehan seksual. Anda melihat anak Anda jadi trauma setelah kejadian itu – kebanyakan melamun. Anda ingin sekali menolong anak Anda, tapi tidak tahu caranya. Apa yang harus saya lakukan?
Dijelaskan psikolog anak dan remaja dari Yayasan Pulih, Ika Putri Dewi. M.Psi,yang bisa orang tua lakukan untuk menyembuhkan traumanya ialah memberi ketenangan dan rasa nyaman. Tidak boleh membawa ekspresi cemas saat berhubungan dengan dirinya, yang ada malah bikin ia jadi tidak nyaman.
“Berprilakulah seperti biasanya, tetap memberi perhatian. Sangat dianjurkan untuk mengajar mereka ngobrol agar perasaan-perasaan yang ada dalam hatinya bisa dikeluarkan. Jangan biarkan rasa sedih yang muncul di anak berlarut-larut,” ungkapnya dalam wawancara eksklusifvia sambungan telepon dengan redaksi Mother&Baby, Selasa (4/1/2018).
Target awal Anda sebagai orang tua itu membantu anak Anda jujur dengan perasaannya. Semakin ia bisa menyuarakan perasaannya, beban yang ada di dalam hati dan pikirannya otomatis berkurang. Sehingga semakin mudah untuk menurunkan dan melupakan trauma hingga akhirnya bisa beraktivitas sepertia biasa.
“Tanya saja apa yang sedang dirasakan, dengan lembut. Apakah 'saya terluka', 'saya merasa bersalah' atau 'saya malu', suruh bilang saja apa yang dia rasakan. Target kita itu sampai korban bisa menghayati, mengeluarkan, mengakui, apa yang sedang ia alami,” papar Ika.
Setelah itu, bantu “rasionalisasi” kondisinya, bahwa apa yang ia alami bukanlah akhir dari segalanya. Menurut Ika, arti rasionalisasi ini untuk “menekan” dominasi perasaan dalam hati-pikiran si anak. Karena saat orang trauma terhadap sesuatu, faktor yang dominan itu perasaannya bukan rasionalitasnya. Dan rasionalisasi ini dilakukan untuk akalnya bisa lebih dominan hingga kecemasan-kecemasan yang muncul bisa dikalahkan.
“Konkretnya, katakanlah yang muncul emosi takut saat dia mencurahkan perasaannya. Nah, Anda sebagai orang tua-nya bisa makin membuatnya nyaman dengan berkata,”Oke, kamu takut. Tapi kondisi ini sudah lewat, dan kamu tetap bisa punya masa depan. Kamu bisa menjalani cita-cita kamu. Pilih saja, mama pasti dukung,” urainya.
Dengan sikap itu yang Anda kedepankan, pasti level trauma pada anak akan berkurang. Perlahan anak sembuh dari trauma, dan mulai menjalani aktivitasnya.
“Sembuh dalam trauma itu bukan berarti kita bisa lupa, ya. Tidak. Maksudnya sembuh itu ialah kita tetap bisa menjalani aktivitas itu tanpa harus terganggu pengalaman itu. Kan efek trauma itu ada yang sampai tidak bisa tidur atau terbangun setiap malam saat tidur. Nah, kalau sudah sembuh, mereka tidak mengalami itu semua,” pungkasnya. (Qalbinur Nawawi/ Dok Pixabay)
Baca juga: