FAMILY & LIFESTYLE

5 Faktor yang Sering Menyebabkan Perceraian


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, pertengkaran dalam rumah tangga memang tidak dapat dihindari. Namun, jangan sampai berujung pada perceraian ya. Berkat penelitian yang dilakukan selama beberapa lama, akhirnya ilmuwan dapat memprediksi alasan perceraian yang seringnya terjadi dalam rumah tangga. Dikutip dari Business Insider Singapore, berikut alasan perceraian yang harus dihindari:

1. Menikah Terlalu Dini atau Terlalu Lama

Penelitian menunjukkan, pasangan yang menikah di usia belasan dan pasangan yang menikah di usia pertengahan 30an atau lebih, berisiko lebih tinggi untuk bercerai daripada pasangan berusia akhir 20-an dan awal 30-an. Risikonya sangat tinggi untuk usia remaja.

Penelitian yang dipimpin oleh Nicholas Wolfinger, seorang profesor di University of Utah menjelaskan bahwa pernikahan yang dilakukan setelah usia 32 tahun memiliki peluang perceraian 5% dan meningkat setiap tahunnya.

2. Pekerjaan Suami Paruh Waktu

Sebuah studi Harvard tahun 2016, yang diterbitkan dalam American Sociological Review, menunjukkan bahwa ini bukan keuangan pasangan yang mempengaruhi peluang perceraian mereka, melainkan pembagian jam kerja.

Peneliti, Alexandra Killewald, melihat perkawinan heteroseksual yang dimulai setelah tahun 1975, diketahui bahwa pasangan di mana sang suami bekerja paruh waktu memiliki kemungkinan bercerai 3.3% di tahun berikutnya. Sedangkan pasangan yang suaminya bekerja penuh waktu, memiliki risiko bercerai 2.5% saja. Sementara pekerjaan istri tidak berpengaruh pada kemungkinan perceraian.

3. Terlalu Mesra di Awal Pernikahan

Ted Huston, seorang psikolog, meneliti 168 pasangan selama 13 tahun sejak pasangan tersebut menikah. Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Interpersonal Relations and Group Processes pada tahun 2001 ini menunjukkan: pasangan yang baru menikah dan selalu menunjukan kemesraannya pada awal menikah, pasangan tersebut bercerai setelah tujuh atau lebih menikah.

4. Merendahkan Pasangan

John Gottman, seorang psikolog di University of Washington, melakukan penilitan selama 14 tahun terhadap 79 pasangan yang tinggal di Midwest AS. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat empat perilaku yang mengakhiri pernikahan, yaitu selalu merendahkan pasangan, suka mengkritik, suka membela diri, dan keras kepala.

5. Menutup Diri

Ketika pasangan memiliki masalah dan salah satunya memilih untuk menutup diri tanpa menyelesaikannya, maka ini dapat menjadi awal sebuah konflik bermula. Sebuah studi tahun 2013, yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family, menemukan bahwa perilaku tersebut dapat meningkatkan angka perceraian. Kesimpulan ini didasarkan pada wawancara para peneliti dengan sekitar 350 pasangan pengantin baru yang tinggal di Michigan. (Seva Dwinovridayati/TW/Dok. Freepik)