Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Penyakit jantung menjadi 'silent killer' yang bisa menyerang siapapun, kapan saja, dan di mana saja. Melihat hal ini, Philips Indonesia mengadakan sesi pelatihan Resusitasi Jantung Paru (CPR) dan AED. Acara ini juga menjadi momen untuk memperingati Hari Jantung Sedunia yang akan jatuh pada 29 September. Rangkaian acara ini merupakan upaya penyebaran kesadaran tentang CPR bagi masyarakat yang lebih luas. Dihadiri oleh Kementerian Kesehatan, Yayasan Jantung Indonesia, wartawan atau perwakilan kantor media, dan blogger.
Dalam bagian acara ini, Philips Indonesia mengadakan forum diskusi yang dihadiri oleh dokter spesialis jantung, dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC yang juga menjabat sebagai Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dr. Erizon Safari, MKK, Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo.
Dalam acara diskusi ini, dijelaskan bagaimana pentingnya meningkatkan kesadaran mengenai CPR bagi masyarakat. Dalam sesi diskusi disebutkan, CPR menjadi pertolongan pertama yang cepat dalam menangani henti jantung mendadak, ini juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan peluang untuk bertahan hidup dan pemulihan.
dr. Jetty menyebutkan mengenangi masa emas atau tiga menit pertama setelah terjadi henti jantung mendadak. Jika CPR dapat dilakukan dalam waktu tersebut, ada kemungkinan besar korban dapat bertahan hidup tanpa terjadi kerusakan pada otak. Namun, setelah masa tiga menit tersebut berlalu, semakin tinggi risiko korban menderita kerusakan otak akibat serangan tersebut.
Automated External Defibrillators (AED) juga dianggap sangat penting untuk ada dalam ruang publik agar semua orang bisa menolong orang lain yang mengalami henti jantung mendadak. Berbekal pengetahuan untuk melakukan CPR adalah kunci untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa. Masyarakat perlu melatih diri untuk bisa melakukan CPR. Bahkan untuk bisa melakukan CPR, masyarakat tak perlu memiliki pengalaman atau latar belakang pendidikan di bidang kedokteran. (Onic Metheany/TW/Dok.MB)