FAMILY & LIFESTYLE

Gejala dan Cara Menangani Batuk Psikogenik pada Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Batuk adalah gejala penyakit yang mudah sekali menyerang Si Kecil. Salah satu batuk yang sering terjadi pada anak adalah batuk psikogenik atau pseudoasthma, yaitu batuk kering kronis yang muncul terus-menerus dan jadi seperti kebiasaan. Karena itu, seringkali batuk psikogenik kadang disebut dengan habit cough (batuk yang berulang dan jadi kebiasaan) atau bizzarre honking cough (batuk dengan suara yang berbeda dari biasanya).

Nah, ada beberapa macam penyebab batuk psikogenik ini. Selain karena iritasi atau infeksi saluran napas, batuk ini juga bisa timbul karena kondisi psikologis anak. Misalnya, ia merasa stres karena urusan sekolah, takut pada orangtua dan teman, ataupun karena phobia pada sesuatu.

Ciri-ciri batuk psikogenik biasanya kering. Lalu, jika suara batuknya keras, nyaring, seperti klakson atau gonggongan anjing, Moms wajib waspada. Perhatikan apakah suara batuknya berbeda dari biasanya. Saat ia tidur di malam hari, batuknya juga tidak berhenti. Kemudian, perhatikan juga apakah Si Kecil mengalami tekanan dalam kehidupan sekolah atau lingkungan sekitarnya. Biasanya, batuk psikogenik dialami oleh anak yang sudah masuk usia sekolah.

Apabila anak mengalami gejala di atas, maka berikan kenyamanan dengan lakukan menyangga dadanya saat tidur. Anda bisa menggunakan selimut atau sprei yang dilingkarkan di dada anak. Lalu, buatlah simpul besar di atas tulang dadanya sebagai penyangga. Hal ini bisa sedikit membantu Si Kecil mengurangi frekuensi batuknya.


Jika batuknya benar-benar berkepanjangan, tak berhenti, dan menemukan bahwa Si Kecil memang mengalami tekanan, segeralah konsultasi ke dokter. Karena jika tidak, hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis dan fisik anak. Kalau sudah benar-benar kronis, ia bisa saja tidak dapat masuk sekolah selama seminggu, bahkan sebulan. Ada baiknya Anda langsung membawa Si Kecil ke dokter anak atau dokter THT agar bisa diatasi lebih lanjut. (Meiskhe/HH/dok.Freepik)