TOODLER

Tahap Perkembangan Empati Anak, Ini Cara Stimulasinya


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, tahukah Anda bahwa Si Kecil sudah memiliki kemampuan berempati sejak lahir, lho. Apa sih empati itu? Empati adalah kemampuan memahami perasaan orang lain tanpa harus terlibat langsung dalam situasi yang dialaminya.

Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Psi, psikolog anak dan keluarga, kemampuan empati sudah dimiliki anak sejak lahir. Salah satu empati dasar yang dimiliki adalah bayi ikut menangis ketika mendengar bayi lain menangis. “Kemampuan empati memang diturunkan secara genetik. Akan tetapi agar lebih optimal, orang tua perlu mengajarkan anak untuk berempati,” ujar psikolog yang akrab disapa Nina itu.

Nah, sebelum mengajarkan anak untuk berempati, ada baiknya Moms mengenali tahapan perkembangan empati sesuai usia terlebih dulu. Charles A Smith, seorang pemerhati perkembangan anak membagi tahapan perkembangan empati sebagai berikut:


3 BULAN
Merespons Anda atau orang lain dengan senyuman.
Merespons dengan suara dan gerakan ketika Anda mengajaknya bicara.
Menangis saat mendengar bayi lain menangis.
Meniru ekspresi Anda, seperti menjulurkan lidah atau membuka mulut.
Mampu membedakan ekspresi wajah positif dan negatif.

6 BULAN
Memberi respons yang berbeda ketika melihat wajah yang familiar dan orang asing yang baru dilihatnya.
Memperlihatkan ekspresi yang lebih bahagia saat Anda berinteraksi dengannya dibandingkan dengan orang lain.
Tersenyum saat melihat dirinya di dalam cermin.
Menunjukkan ketidaksenangan ketika mainannya diambil.
Menikmati belaian lembut Anda.

9 BULAN
Saat Anda menunjukkan ekspresi gembira, ia akan merespons dengan gembira pula. Sebaliknya, jika Anda sedih ia akan menunjukkan ekspresi sedih pula.
Menarik perhatian Anda dengan menangis dan rewel.
Mengerti ketika Anda mengatakan "Tidak".
Sudah mampu memperlihatkan banyak eskpresi selain bahagia dan sedih, juga takut, jijik, tertarik, sayang maupun marah.


Cara Menstimulasi:

Psikolog Nina mengungkapkan bahwa bayi sudah menunjukkan empati emosional saat baru lahir ( usia 18 -72 jam). Biasanya bayi akan ikut menangis saat mendengar bayi lain menangis. Agar empati emosionalnya berkembang sempurna, orangtua perlu turun sendiri untuk merawat Si Kecil. Perbanyak interaksi agar bonding semakin kuat, karena bonding yang kuat akan membuat anak memiliki empati yang lebih baik.

1 TAHUN
Menangis ketika tahu Anda akan meninggalkannya.
Merasa gelisah atau terganggu saat melihat orang sedang dalam kesusahan.
Menunjukkan ketertarikan ketika melihat bayi lain.
Merasa tenang ketika mendengar suara lembut Anda atau ketika Anda memeluknya.

1,5 TAHUN
Menatap wajah ketika diajak mengobrol dan berusaha mengerti obrolan Anda.
Mencoba untuk menenangkan orang sekitarnya yang menangis, sedih, atau sedang kesulitan.
Terkadang mau mengorbankan hal untuk temannya, seperti memberikan boneka teddy bear miliknya.

2 TAHUN
Terlibat dalam tugas rumah tanpa diminta melakukannya.
Senang dengan penonton dan tepuk tangan.
Memperlakukan boneka ataupun replika hewan seperti benda hidup.

2,5 TAHUN
Sudah mulai mengatakan apa yang ia rasakan dan yang diinginkan.
Sangat posesif, memberikan mainan kepada orang lain, namun menginginkannya kembali.
Menggunakan kata-kata untuk menenangkan kakak ataupun adiknya.
Mengerti obrolan meskipun tidak terlibat di dalamnya.
Mulai memahami sebuah candaan dengan ikut tertawa.

Cara Menstimulasi:
Pada batita, ajarkan empati dengan memberi label pada perasaannya. Misalnya, saat ia sedih, katakan padanya, “Kamu lagi sedih ya?” sehingga anak tahu itu perasaannya sendiri. Hindari terlalu banyak marah kepada anak, karena akan membuat pemahaman anak terbatas pada emosi marah saja. Selain itu, ajak anak untuk banyak bergaul dengan teman-teman sebayanya. Anda juga bisa mulai menyontohkan aksi baik, misalnya menolong orang lain, memberikan pujian, mengucapkan terima kasih dan sering-sering memberikan pelukan kasih sayang.

3 TAHUN
Menggunakan kata dan gesture untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kadang bermain dengan emosi, misalnya pura-pura marah ataupun sedih.
Mulai memahami bahwa ekspresi menunjukkan emosi, misalnya apabila Mama tidak menujukkan wajah bahagian, berarti Mama sedang marah.

3,5 TAHUN
Mencoba membuat orang tertawa dengan candaannya.
Menarik perhatian orangtua dengan melakukan hal-hal kasar misalnya menjatuhkan gelas, dan melempar mainan.
Mulai memahami bahwa perilakunya bisa menyakiti orang lain.
Mengaku dan meminta maaf secara spontan tanpa diminta.

4 TAHUN

Lebih suka bermain bersama teman-temannya daripada bermain sendiri.
Membantu temannya untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendiri.
Tidak menangis ketika berpisah dengan orangtua karena tahu mereka akan kembali lagi.
Cenderung memperlakukan hewan peliharaan dengan baik.
Berbagi mainan dengan teman meski tidak diminta orangtua.

4,5 TAHUN

Bisa bekerja sama dengan teman-temannya saat bermain maupun dalam roleplay
Sudah mampu tawar menawar, misalnya "Saya akan memberimu ini jika kamu memberikanku itu."
Menyesuaikan gaya bicara ketika berbicara dengan anak yang lebih muda.

5 TAHUN

Mulai membentuk keakraban dengan orang lain. Si Kecil setidaknya memiliki 1 teman yang sangat dekat dengannya.
Memiliki rasa simpati terhadap orang-orang yang membutuhkan.
Menikmati bermain bersama teman-temannya, namun ada suatu waktu ia ingin menyendiri dan bermain sendiri.
Sudah mulai mengerti dan menaati peraturan.
Melindungi anak yang lebih muda.

Cara Menstimulasi:
Selain empati emosional, anak juga sudah mulai mengenal empati kognitif. Ajarkan empati kepada anak lewat kondisi sehari-hari. Misalnya, ketika temannya sakit, ajak anak untuk menjenguk. Begitu pula saat bertemu dengan orang-orang kurang beruntung, ajarkan anak untuk tidak mencela. Anda juga bisa mengajaknya beraksi sosial dengan menyumbangkan mainannya kepada anak-anak yang membutuhkan.

BACA JUGA:

Cara Mengajarkan Keterampilan Berteman pada Anak

Mengajarkan Anak Peduli Sesama

Mendidik Anak dengan Metode CARE