FAMILY & LIFESTYLE

Widi Mulia, Lebih Kuat dengan Gentle Birth


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Bagi Widi Mulia, persalinan anak ketiganya, Den Bagus Satrio Sasono,2, agak sedikit berbeda dengan 2 anak sebelumnya. Untuk kelahiran ini, ia memilih gentle birth dan lotus birth, dengan ibu Robin Lim, bidan terkenal di Ubud, Bali. Metode tersebut dipilih, karena anggota Be3 ini ingin melahirkan secara alami. Beruntung, di saat bersamaan, ibu Robin, yang menjadi CNN Hero 2011, juga menawarkan untuk membantu proses persalinannya.

“Sebenarnya, bidan di Jakarta juga bisa melakukannya. Tetapi suami saya berpikir, ingin mencari suasana yang lebih tenang untuk melahirkan,” ujar istri dari Dwi Sasono ini. Akhirnya, pilihan dijatuhkan pada Ubud, Bali. Sekitar 40 hari sebelum waktu persalinan yang diperkirakan, ia dan suami sudah tinggal di Bali.

Dikatakan Widi, menjalani persalinan normal di RS yang ada di Jakarta, dapat dilakukan juga. Toh, ia bisa bekerja sama dengan dokternya. “Namun, kalau di RS, biasanya kekhawatiran akan lebih besar. Terlebih lagi, fasilitas di RS lebih lengkap. Jadi, ketika timbul rasa sakit, suka berpikir tidak kuat,” lanjut Widi. Ia pun mengenang kembali ketika menjalani persalinan anak pertama, yang mendapatkan suntikan epidural dan dilakukan induksi untuk anak keduanya.

“Nah, dengan gentle birth, kita benar-benar mencari cara untuk mengatasi rasa sakit,” ujar Widi, saat ditemui M&B di acara Ponds, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Rasa sakit, kata Widi, sejatinya dibutuhkan untuk memberi energi saat proses persalinan. Selain itu, rasa sakit diperlukan, karena kalau tidak ada rasa sakit, bayi bisa tiba-tiba lahir. “Sakit adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang akan datang, yaitu manusia. Selain itu, rasa sakit itu juga menjadi sinyal, bagaimana kita menyiapkan diri maupun harus bernapas,” terang wanita yang memiliki usaha di bidang perhiasan ini.

Dengan gentle birth yang dijalani, Widi merasa dirinya lebih peka dengan tubuhnya sendiri. Ia percaya dengan dirinya dan tidak termakan oleh ketakutannya sendiri. Melalui gentle birth pula, Widi ingin memberdayakan diri sendiri. “Langkah gentle birth ini luar biasa. Karena kita disiapkan secara lahir-batin, disiapkan menjadi wanita yang kuat,” lanjut Widi.

Jadi, sewaktu merasakan sakit, jangan ketakutan. Kalau takut dan termakan rasa sakit, jalan lahir malah akan mengkeret. Tetapi, kalau rasa sakitnya diterima dan ditahan hingga terlewati, jalan lahir akan rileks.

Widi menjalani persalinan tersebut, setelah sebelumnya berkonsultasi dengan dokternya. “Saya sudah berdiskusi panjang dengan dokter dan menurutnya saya bisa melakukan persalinan secara alami,” akunya. Di persalinan ini pula, Widi menjalani lotus birth yang membuat plasenta bayi tidak dipotong. “Plasenta itu masih berdenyut hingga 12 jam. Darah yang di plasenta pun masih memompa ke bayi dan memberi makanan untuknya. Itu kehidupannya sebelum menyusu, sehingga tidak dipaksakan untuk diputus,” jelasnya.

Widi pun tidak berkeberatan dan kesulitan dengan hal tersebut. Begitu pun ketika memandikan. "Saya memandikan dan suami memegangi plasentanya. Tidak berbau juga, kok. Penanganannya, cukup diberi garam dan dibungkus. Esoknya juga begitu. Nanti akan copot sendiri,” katanya mengenang kelahiran Den Bagus, 25 Januari 2015. (Dee/HH/Dok. M&B)