BABY

Perlukah Bayi Minum Antibiotik?

antibiotik

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tak setiap penyakit perlu penanganan antibiotik. Justru pemberian antibiotik yang tidak pada tempatnya akan merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan menyebabkan bakteri yang resisten berkembang biak. Akibatnya, Si Bayi akan mudah sakit. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa pemberian antibiotik di usia dini akan memicu terjadinya alergi di masa datang.

Menurut studi US National Ambulatory Medical Care Survey pada 1989, sekitar 84 persen bayi mengonsumsi antibiotik ketika sakit. Sebanyak 47,9 persen bayi lainnya, bahkan mendapatkan resep obat yang mengandung antibiotik. Pada tahun yang sama, ditemukan pula kasus resistensi kuman yang meningkat tajam akibat konsumsi antibiotik yang berlebihan tersebut.


Penggunaan antibiotik memang hanya disarankan untuk mengobati penyakit karena infeksi bakteri, seperti infeksi telinga, radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococus, infeksi saluran kemih, tifus, TBC, radang otak (meningitis), radang paru (pneumonia), dan sebagainya. Namun, masih terjadi pro dan kontra di kalangan dokter tentang pemberian antiobitik untuk bayi yang hanya menderita flu akibat virus. Padahal, antibiotik tidak melumpuhkan virus flu. Penelitian juga membuktikan, 80-90 persen radang tenggorokan yang terjadi pada bayi, tidak disebabkan oleh bakteri Streptococus, sehingga tak pelu pemberian antibiotik. Berbeda halnya saat Si Bayi mengalami gejala infeksi sinusitis akut, seperti saat suhu tubuh di atas 39 0C, dan terjadi pembengkakan di sekitar wajah dan mata.


Menurut dr. Widodo Judarwanto, Sp.A, pemberian antibiotik perlu dilakukan bila terjadi indikasi batuk dan pilek yang berkelanjutan selama lebih dari 10-14 hari, atau bahkan sepanjang hari. Bila bayi hanya batuk di pagi hari dan malam hari, ada kemungkinan ia hanya mengidap alergi. Oleh karena itu, bedakanlah gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyakit akibat infeksi virus biasanya disertai ciri demam yang mendadak naik ataupun turun. Sebaliknya pada infeksi akibat bakteri, panas tubuh Si Bayi tidak turun-turun hingga beberapa hari.

Jika Si Bayi memang membutuhkan antibiotik karena infeksi bakteri, mintalah jenis antibiotik spektrum sempit yang langsung membunuh bakteri sumber penyakit. Pemberian antibiotik tersebut sebaiknya dievaluasi setiap 3 hari sekali. Jika dalam 2-3 hari tidak ada perbaikan, sebaiknya jenis antiobiotik diganti. Untuk bayi dan balita, dosis yang tepat harus disesuaikan dengan berat badan dan kesempurnaan fungsi organnya.


Untuk menghindari penyalahgunaan antibiotik, Anda sebagai orangtua lah yang bisa berperan sebagai penangkalnya. Karena hingga kini, belum ditemukan lagi antibiotik jenis baru, padahal jumlah bakteri yang resisten terus meningkat. Ibarat pisau bermata dua, bila penggunaannya tepat antibiotik adalah penyelamat. Sebaliknya, antibiotik bisa juga menjadi bumerang. (Aulia/DMO/Dok. M&B)