BUMP TO BIRTH

Depresi saat Hamil bisa Menurun ke Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Sebuah penilitian terbaru menemukan, anak-anak yang ibunya mengalami depresi selama kehamilan, memiliki peningkatan risiko terkena penyakit mental seumur hidup, seperti gangguan kecemasan dan suasana hati. Faktor genetik dan lingkungan juga berperan dalam peningkatan risiko gangguan kecemasan dan mood terhadap anak.

Dikutip dari sumber Daily Mail, hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan yang terjadi dalam bagian otak anak-anak yang disebut amigdala, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan emosi, stres, dan gangguan kecemasan.

Para peneliti di National University of Singapore meminta 157 wanita hamil menjawab kuesioner untuk memastikan kesehatan mental mereka selama usia kehamilan ke 26 minggu. Dalam waktu 2 minggu setelah kelahiran, dilakukan MRI scan pada bayi-bayi mereka untuk melihat struktur otak bayi, khususnya pada bagian amigdala. Hasilnya, ditemukan bahwa tingkat depresi sang ibu memang tidak memengaruhi volume otak bayi mereka. Namun, para peneliti menemukan adanya penurunan 'konektivitas struktural', atau kabel abnormal dalam bagian amigdala bayi dari ibu yang lebih tertekan.

Temuan tersebut menyimpulkan bahwa fungsi amigdala yang abnormal memang dapat ditularkan dari ibu ke bayi sebelum kelahiran. Para peneliti juga percaya bahwa riwayat depresi sang ibu dapat mengakibatkan anak-anak mereka cenderung dan rentan mengalami penyakit mental seumur hidup.

Penelitian yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry juga menambahkan teori bahwa wanita hamil harus melakukan pemeriksaan kesehatan mental, karena depresi justru dimulai di awal kehamilan, bukan setelah bayi lahir.

"Risiko ini dapat dikurangi dengan melakukan skrining sistematis pada ibu hamil untuk memulai pengobatan yang efektif," ungkap Dr John Krystal, dari Universitas Yale School of Medicine, yang juga merupakan Editor Biological Psychiatry, seperti dilansir dalam sumber Daily Mail.

Beberapa temuan dari ahli kesehatan juga mengonfirmasikan bahwa jumlah anak yang menderita depresi terus meningkat. Sebuah data dari NHS pada September lalu bahkan menyatakan, anak-anak berumur 5 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda depresi, dan hampir 80.000 anak di Inggris diketahui hidup dengan penyakit mental. Dalam penelitian yang terpisah, ditemukan bahwa jika sang ibu menderita depresi saat hamil, risiko terjadinya depresi bisa meningkat sebanyak setengah kali lipat saat anak mencapai usia remaja.

Untuk itu, anak-anak yang menunjukkan gejala depresi harus didiagnosis dengan baik dan diberi banyak dukungan agar dapat diatasi secara efektif. Mereka pun dapat dilatih dengan baik untuk mengelola emosi dan stres mereka. (Aulia/DT/dok.M&B)