Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Penderita mommyrexia atau perilaku menyimpang yang menyebabkan bumil tak ingin menambah berat badan, atau setidaknya meminimalkan kenaikan berat badan, biasanya tak hanya menjaga asupan makanan, tetapi juga melakukan olahraga berlebihan. Hal ini dilakukan agar kenaikan berat badan tak terlalu pesat.
Namun ternyata, yang berbahaya bagi bumil bukan hanya menolak untuk makan, tetapi juga melakukan olahraga yang berlebihan. “Di akhir trimester 2, otot-otot Anda mengendur sebagai persiapan persalinan. Di saat ini juga ligamen dapat dengan mudah tertarik. Dengan latihan atau olahraga yang terlalu keras dan berlebihan, ligamen dan tendon Anda akan berisiko cedera,” jelas Alexandra Allred, pelatih kebugaran untuk bumil dari situs pregnancy.org. Jika bumil tetap ingin berolahraga, Alexandra menyarankan untuk memerhatikan hal-hal berikut;
1. Ingatlah bahwa ibu berperan sebagai ‘tuan rumah’ dari bayi. Sebagai tuan rumah yang baik, sudah selayaknya ibu mencukupi kebutuhan Sang Janin dan membuatnya nyaman berada di ‘rumah’.
2. Perhatikan dengan baik pola makan sehari-hari.
3. Perhatikan juga asupan cairan yang disarankan.
4. Kalkulasikan dengan baik olahraga yang tidak hanya menguntungkan ibu, tetapi juga aman bagi janin.
Para ibu juga sebaiknya tak perlu terlalu berfokus pada penurunan berat badan pasca persalinan. Jeanne Conry, M.D., Ph.D, dokter kandungan dan ketua American College of Obstetricians and Gynecologist menyebutkan bahwa penurunan berat badan yang terlalu cepat setelah bersalin tidaklah baik bagi tubuh, terutama jantung. Jika ibu berencana untuk menyusui, ketahuilah bahwa diet ketat juga akan menghambat produksi air susu. Jeanne menambahkan bahwa untuk kembali ke ukuran semua, rahim wanita butuh waktu selama 6 minggu. Begitu pula dengan berat badan normal, setidaknya dibutuhkan waktu 1 tahun untuk mengembalikan tubuh ideal dengan cara yang sehat tanpa perlu mengorbankan proses menyusui.
BACA JUGA:
Mommyrexia, Berbahaya bagi Ibu dan Janin (2)
(OCH/ Dok. M&B UK)