TOODLER

Kanker Pada Anak Masih Banyak Terjadi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Kasus kanker yang terjadi di dunia 4 persennya dialami oleh anak-anak. Setiap tahunnya, ribuan kasus baru pun terus bermunculan. Di Indonesia sendiri, 70 persen jenis kanker yang menyerang anak-anak adalah leukemia akut atau kronis. Sisanya yaitu tumor padat, seperti lymphoma, retinoblastoma, dan neuroblastoma.

Menurut dr. Haridini Intan S. Mahdi, Sp.A., dari Rumah Sakit Dharmais, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang anak terkena kanker. Faktor-faktor tersebut adalah virus-virus khusus, bakteri, jamur, keturunan, pestisida, sinar matahari, atau daya tahan tubuh yang lemah.

“Jadi tidak ada penyebab khusus seorang anak bisa terkena kanker. Di dalam buku disebutkan pola makan dan perilaku ibu saat hamil bisa berpengaruh, namun tidak bisa dibuktikan sampai berapa persen bisa berpengaruh,” jelas dr. Tanti. Faktor genetik juga ditampik olehnya sebagai penyebab kanker pada anak, kecuali kanker retinoblastoma atau kanker retina anak.

Hidup sehat merupakan salah satu kunci untuk menjauhkan anak dari penyakit kanker. Jadi, pastikan Anda selalu mengonsumsi makan makanan bergizi saat kehamilan dan memberikan asupan yang bergizi setelah Si Kecil lahir. Selain itu, orangtua juga harus memonitor keadaan anak secara rutin sejak dini, misalnya saat memandikannya. Secara umum beberapa gejala yang harus diwaspadai adalah :
1. Ada benjolan di tubuh Si Kecil
2. Si Kecil pucat dan tidak aktif.
3. Perutnya membesar dan teraba pembesaran organ.
4. Sering mengalami mimisan.
5. Demam tidak terlalu tinggi tapi dalam jangka waktu yang lama.
6. Berat badan turun.

Melakukan kontrol dan vaksinasi rutin di rumah sakit juga sangat penting. Mendeteksi kanker di awal stadium memang sangat sulit, namun semakin cepat ditemukan akan semakin mudah ditangani dan diobati. “Leukemia jika cepat diatasi, 80 persen hasilnya baik, sama halnya dengan retinoblastoma. Sayangnya sangat sulit mendeteksi kanker retinoblastoma di awal stadium jika tidak langsung dibawa ke dokter mata,” ujar dr. Tanti. (S/Sagar/DT/Dok. M&B)