Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Seperti ungkapan Dr Christopher Green, seorang pengarang buku Toddler Taming, saat balita berusia 1,5-2,5 tahun, Anda akan sering melihatnya bertingkah tidak menentu dan selalu siap 'berperang' dengan Anda. Pada masa ini Si Kecil memang sedang ingin mencoba segala hal, meski begitu ia masih belum bisa mengontrolnya sehingga orang-orang terdekatnya, terutama Anda, akan sedikit kewalahan. Jadi bagaimana jika Si Kecil mulai berulah? Dilansir melalui M&B AU, berikut tips yang bisa dilakukan.
Alihkan Perhatiannya
Dr Green menyarankan untuk segera hentikan teriakan Si Kecil sebelum ia memulainya. Anda bisa mengalihkan perhatiannya dengan menunjukkan sesuatu, seperti, “Wah, lihat Nak ada burung terbang di dekat pohon itu! Mau ke mana, ya, dia?” Ia yang ingin berteriak dan tantrum pun dijamin segera penasaran dengan apa yang Anda tunjukkan kepadanya.
Pura-pura Tidak Melihat
Berpura-pura lah menjadi tuli dan buta semampu yang Anda bisa saat ia mulai mengajak bertengkar. Rasanya pasti tidak seru kalau saat marah tidak ada yang menontonnya.
Kurangi Harapan Anda
Balita memang terlahir untuk menjadi sosok yang sering rewel, berantakan, dan gemar memicu pertengkaran, jadi tinggalkan impian bahwa Si Kecil akan menjadi anak yang sempurna serta selalu menurut. Sue Price, ibu dari Nathan, 2, menyebutkan, “Saya sudah terbiasa menyaksikan makanan yang saya hidangkan untuk Nathan lebih banyak berserakan di lantai daripada masuk ke mulutnya. Namun saya sadar ia melakukan itu dengan tidak sengaja. Jadi, aneh rasanya kalau kita berharap balita usia 2 tahun dapat bertingkah selayaknya orang dewasa.”
Batasi Kata Tidak
Jangan atau tidak adalah kata penting yang perlu diucapkan kepada Si Kecil. Tetapi, jika Anda terlalu sering menggunakannya, kata-kata tersebut akan kehilangan kekuatannya. Balita dapat menjadi bosan ketika Anda terus-terusan melarangnya lalu mulai tidak mengacuhkan permintaan Anda. Anda sendiri lah yang nantinya akan kesulitan untuk mengontrol Si Kecil. Jadi daripada menyebutkan, “Tidak, kamu tidak boleh makan biskuit!” Anda bisa menggantinya dengan, “Iya, kamu boleh makan biskuit setelah makan siang.”
Lihat Juga Kebaikan Si Kecil
Apabila Anda terus-menerus menganggap apa yang Si Kecil lakukan salah, Anda akan menciptakan ketidakjujuran di dalam dirinya. Ia pun akan berhenti berusaha berperilaku baik dan benar karena merasa selalu salah. Jadi, mulailah memerhatikan kebaikan Si Kecil juga. “Pujilah Si Kecil bila ia bisa diajak bekerja sama dan berperilaku baik, tenang, atau saat ia tidak rewel ketika bermain sendiri. Buat ia tahu kalau kebaikannya diperhatikan oleh orangtuanya,” ujar Tracy Hogg, pengarang buku Secret of the Baby Wishperer for Toddlers.
Jadilah Anak Kecil Kembali
Akan lebih mudah apabila Anda menghabiskan waktu dengan mengikuti jalan pikiran Si Kecil daripada tidak berhenti memperingatkan kesalahannya atau merasa khawatir seluruh rumah akan berantakan. “Saya selalu menghabiskan waktu selama 10 menit dalam sehari menjadi teman bagi anak-anak saya,” ungkap Emily White, ibu dari Ben, 3, dan Joe, 2.
Jangan Terpancing
Terkadang Si Kecil melakukan sesuatu hanya untuk memancing reaksi Anda. Padahal sebenarnya hal tersebut tidak selalu menarik baginya. Jadi, ketika ia sengaja menginjakkan sepatunya ke genangan air berkali-kali dan menatap Anda, jangan langsung bereaksi atau terpancing amarah ya, Moms. (Sagar/DT/Dok. M&B)