Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Semakin bertambah usia Si Kecil, kecerdasannya tentu juga semakin bertambah. Enggak cuma perkembangan fisik dan psikis, perkembangan psikoseksual anak juga terus membaik.
Nah, perkembangan psikoseksual anak memiliki beberapa fase, salah satunya adalah fase falik. Ini adalah fase di mana Si Kecil suka mengamati dan memegang-megang alat kelaminnya sendiri.
Fase ini tentu merupakan fase yang wajar terjadi pada anak, khususnya anak laki-laki. Sayangnya, fase anak memegang alat kelamin ini sering dianggap tidak pantas dilakukan atau bahkan disebut aksi porno. Nah, agar Moms dan Dads enggak kaget dengan fase yang satu ini, yuk, ketahui lebih detail mengenai fase falik pada anak!
5 fase perkembangan psikoseksual
Dalam teori yang dicetuskan oleh Sigmund Freud, perkembangan psikoseksual anak dibagi menjadi 5 fase, yakni:
1. Fase oral (0-1 tahun): Anak usia ini mendapat kesenangan dari mulutnya. Menurut Freud, dalam tahap ini libido manusia terletak di mulutnya. Bayi akan terus mengeksplor area mulut dengan kegiatan seperti menyusu, memasukkan jari ke mulut, menggigit, mengisap, dan lainnya.
2. Fase anal (1-3 tahun): Freud yakin di fase ini kesenangan anak bukan dengan memasukkan sesuatu ke tubuh, melainkan dengan mendorong keluar dari anus (buang air besar). Inilah kenapa toilet training bisa memengaruhi bagaimana anak berinteraksi seiring bertambahnya usia Si Kecil.
3. Fase falik (3-6 tahun): Fase ini anak suka menyentuh dan mengamati alat kelaminnya (lebih sering terjadi pada anak laki-laki).
4. Fase laten (7-10 tahun): Fase ini menyalurkan energi seksual ke aktivitas lain, seperti belajar, menekuni hobi, dan bersosial dengan teman atau orang lain.
5. Fase genital (11 tahun ke atas): Puberty hits! Libido menjadi aktif dan anak mulai punya minat seksual terhadap lawan jenis. Di fase akhir ini, organ reproduksi anak pun mulai matang.
Mengenal fase falik
Melihat Si Kecil sering memainkan alat kelaminnya sendiri? Pemandangan aneh ini tentu membuat Moms heran. Jangan marah dulu ya, Moms, karena ini hanya bentuk penasaran anak dengan tubuhnya. Moms juga tidak perlu khawatir karena sikap ini tidak disertai hasrat seksual, karena tentu sajahasrat seksual anak belum terbentuk di usia ini.
Fase falik biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun dan akan hilang dengan sendirinya setelah itu. Inilah fase ketika anak mulai mengenal jenis kelamin dirinya dan orang lain. Mengutip artikel Flo Health, Freud percaya bahwa tahap anak mulai mengerti perbedaan jenis kelamin ini akan menciptakan ketertarikan, persaingan, kecemburuan, dan bahkan ketakutan antar jenis kelamin yang berbeda.
Saat anak memegang alat kelaminnya sendiri, jangan dimarahin ya, Moms! Freud percaya bahwa fase falik yang tidak baik bisa memberikan dampak negatif bagi anak di kemudian hari, baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan.
Anak yang terhenti di fase falik bisa memiliki beberapa karakter, seperti egois, rendah diri, dan pemalu. Sedangkan anak perempuan bisa memiliki karakter yang genit, penggoda, mudah berhubungan seksual dengan siapa saja tanpa ikatan, dan mudah berada di hubungan percintaan dengan pria yang tidak dicintai.
Anak di fase falik? Lakukan ini, Moms!
Menurut Jane Cindy Linardi, M.Psi, S.Psi, Psikolog dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, ini beberapa hal yang harus dilakukan saat anak berada di fase falik.
1. Jelaskan bahwa alat kelamin adalah organ sensitif, yang bisa sakit jika sering disentuh. Infokan juga kalau anak harus belajar menjaga alat kelamin selalu bersih dan higienis.
2. Ketika anak sedang memainkan alat kelaminnya, alihkan perhatiannya dengan permainan seru, olahraga, atau aktivitas lain yang ia sukai.
3. Jangan membentak atau memarahi anak yang memainkan alat kelaminnya. Omelan Anda hanya akan memberi persepsi buruk buat anak akan konsep organ seksual di kemudian hari.
4. Jangan menunjukkan ekspresi tidak setuju saat anak memainkan alat kelaminnya, karena hal tersebut sama saja dengan Anda mengganggu proses anak mengenal atau mengobservasi organ vitalnya sendiri. Daripada menyuruh anak berhenti melakukannya, lebih baik ingatkan kalau alat kelamin bisa sakit atau luka jika sering disentuh, Moms. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Master1305/Freepik)