FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: Jamilatus Sa'diyah


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Tren melahirkan dengan bantuan dan pendampingan seorang bidan maupun doula masih berjalan hingga kini. Bahkan, tampaknya makin banyak calon orang tua memilih didampingi oleh bidan maupun doula selama kehamilan hingga persalinannya.

Hal ini pula yang membuat sosok Jamilatus Sa’diyah (29) masih eksis dengan profesinya sebagai seorang bidan. Wanita yang akrab disapa Mila ini bahkan mendapat julukan “Bidan kesayangan artis Indonesia”.

Tak hanya menjalani peran sebagai bidan, Mila juga merupakan ibu dari seorang putra bernama Arshan Faykar Alfatih (3 tahun 10 bulan). Bersama sang suami, Fadhlurrohman Noer, ia juga membentuk sebuah platform edukasi bernama @bumilpamil.id, yang mengutamakan pentingnya pengasuhan anak secara bersama.

Atas dedikasinya sebagai bidan yang ingin mendorong para calon ibu agar bisa menjalani kehamilan dan persalinan dengan nyaman dan menyenangkan, tak berlebihan rasanya bila M&B menyematkan julukan “Kartini zaman now” pada bidan Mila, sekaligus sebagai Mom of the Month April 2023.

Dalam wawancara eksklusif bersama M&B, bidan Mila berbagi cerita tentang awal ketertarikannya menjadi seorang bidan, suka dukanya menjalani profesi yang sudah ia geluti selama kurang lebih 8 tahun belakangan ini, bagaimana tantangan yang dihadapinya saat mengasuh sang jagoan, hingga berbagi tips rahasia menjalani kehamilan dan persalinan yang nyaman. Simak cerita lengkapnya berikut ini, Moms!

Bagaimana tanggapan Anda dengan julukan “Bidan kesayangan artis Indonesia”?

Saya senang-senang saja sih mendapat julukan tersebut. Tapi, sebenarnya klien saya berasal dari semua kalangan, bukan hanya artis atau public figure saja. Mungkin julukan tersebut dialamatkan pada saya karena banyak media yang mengutip headline mereka dengan sebutan “Bidan kesayangan artis” tersebut.

Dengan mendampingi teman-teman public figure, saya juga merasa terbantu agar masyarakat lebih aware dan mau mempersiapkan kehamilan dan persalinannya agar lebih nyaman. Karena kalau saya yang ngomong kan kesannya saya bukan siapa-siapa. Tapi, kalau public figure yang ngomong, mereka lebih disukai atau diidolai masyarakat, jadi bisa lebih berpengaruh.

Kenapa tertarik menjadi seorang bidan?

Sejak di bangku SMA, saya memang sudah menyukai bidang kesehatan. Kemudian kakak saya melihat bahwa saya passionate di bidang kesehatan, akhirnya saya diarahkan ke kebidanan. Saat mempelajari ilmu kebidanan ternyata rasanya seperti kita sedang mempelajari diri kita sendiri. Karena tidak hanya belajar ilmu klinis di kebidanan, tapi juga persiapan secara holistik, yaitu body, mind, and spirit yang pasti berpengaruh pada perjalanan kita sebagai perempuan untuk menjadi ibu nanti.

Setelah lulus dari kebidanan, saya banyak mengikuti sertifikasi dan pelatihan yang tidak didapatkan di dunia kebidanan. Misalnya hypnobirthing dan prenatal yoga. Dengan belajar hypnobirthing, saya jadi tahu bahwa melahirkan itu bisa dilakukan dengan nyaman atau dinikmati. Dengan menjadi bidan, saya ingin mengubah mindset melahirkan yang menakutkan, menegangkan, dan traumatis. Karena kalau semuanya dipersiapkan dengan baik, nantinya juga akan lebih nyaman.

Dengan menjadi bidan, saya ingin mengubah mindset melahirkan yang menakutkan, menegangkan, dan traumatis. Karena kalau semuanya dipersiapkan dengan baik, nantinya juga akan lebih nyaman.

Apa saja suka duka menjalani profesi bidan?

Sejujurnya lebih banyak sukanya, karena saya jadi banyak belajar. Setiap mendampingi klien bersalin, rasanya jiwa saya terlahir kembali. Misalnya dulu mungkin kita pribadi yang kurang sabar, dengan mendampingi klien saya bisa belajar untuk jadi lebih sabar.

Dukanya mungkin ketika saya harus meninggalkan Si Kecil, Fatih, karena sesi mendampingi proses melahirkan yang tidak kenal waktu. Karena hal ini juga, memang secara energi fisik juga harus lebih siap. Jadi itu mungkin perjuangannya, mengatur waktu dan ekspektasinya harus diturunin aja.

Menjalani multiperan, sebagai bidan, istri, dan ibu rumah tangga, bagaimana cara Anda membagi waktu?

Kunci sukses membagi waktu adalah memiliki support system yang baik. Dari awal menikah, suami saya menjadi support system terbaik. Kita sama-sama membagi waktu. Kalau misalnya saya lagi kerja, beliau bantu untuk menjaga Fatih.

Padahal di budaya kita kan, patriarki, di mana hamil, melahirkan, dan menyusui itu dianggapnya hanya tugas seorang ibu. Sedangkan stigma di negara kita itu ayah hanya bertugas mencari nafkah. Padahal sebenarnya pengasuhan anak sebaiknya dilakukan berdua, yaitu suami dan istri. Nah, ketika kita sama-sama tidak bisa menjaga Fatih, kita meminta bantuan orang tua yang sudah kami percaya.

Bagaimana dengan pengalaman kehamilan dan persalinan Anda? Apakah semuanya lebih mudah karena sudah memiliki ilmu seputar kebidanan?

Kehamilan saya kemarin berjalan dengan sangat smooth. Biasanya kalau hamil kan ada keluhan-keluhan, tapi saat saya belajar prenatal yoga dan mempraktikannya, ternyata ibu hamil tidak harus mengalami keluhan-keluhan tersebut. Jadi kehamilan saya kemarin minim keluhan.

Saat melahirkan, saya juga tetap dibantu bidan, karena kan kita tetap wanita biasa yang butuh support system. Jadi, saya butuh suami dan doula juga waktu melahirkan kemarin.

Kebetulan saat itu saya lewat HPL, lebih dari 40 minggu, karena ada lilitan tali pusat. Tapi saat melahirkan, alhamdullilah prosesnya lancar, cepat, dan per vaginam. Hal ini mungkin berkat saya mengajar tiap hari saat hamil. Jadi saat mengajar ibu hamil, saya sekalian ikutan yoga. Ketika mengajar hypnobirthing, saya bisa sekalian relaksasi.

Apa saja tantangan yang dialami saat mengasuh Fatih?

Tantangannya adalah mengasuh Fatih yang memiliki temperamen slow to warm. Sebelumnya Fatih sama siapa pun mau. Namun, setelah usia 6 bulan ia mulai berubah, kalau ada orang asing hanya mau sama mama papanya.

Akhirnya saya konsultasi dengan psikolog dan tahu tentang temperamennya tersebut. Dari sisi psikolog, sebenarnya bila anak memiliki temperamen slow to warm, ini menjadi pertanda bagus bahwa attachment Fatih dengan kami bagus. Psikolog juga bilang, temperamen anak itu seperti pelangi, jadi tidak ada yang bagus maupun jelek. Semua temperamen itu saling melengkapi.

Setelah mengetahuinya, sebagai orang tua saya jadi lebih concern untuk mencari tahu kekurangan dan keuntungan anak dengan temperamen slow to warm tersebut. Keuntungannya kalau anak slow to warm itu, dia akan lebih berhati-hati, selalu observasi terlebih dahulu saat hendak memutuskan sesuatu.

Sementara kekurangannya mungkin lebih banyak worry-nya kalau dihadapkan dengan hal baru. Tapi untuk tumbuh kembangnya, so far dengan kita tahu dan belajar serta mengenali anak kita, insya Allah akan tetap optimal, apa pun temperamen anak tersebut.

Saya dan suami sebagai orang tua memang harus belajar. Kami mencoba terus mengenal Fatih. Semuanya seperti naik tangga, step by step saja. Misalnya agar Fatih tetap bisa beradaptasi, kita ajak dia untuk ketemu dengan tetangga, ajarin “say hi”.

Atau misalnya seperti ada kegiatan photoshoot, pasti saya briefing Fatih jauh-jauh hari, saya kasih tahu seperti apa tempatnya nanti. Lalu nanti akan ke tahap yang lebih tinggi, misalnya ketemu teman-teman di sekolah, sampai ke lingkup yang lebih besar lagi.

Bagaimana awalnya membentuk @bumilpamil.id?

Bumilpamil.id ini terbentuk sejak awal pandemi. Awalnya karena saya memutuskan cuti selama 2 tahun untuk mengurus Fatih secara penuh. Nah, selama di rumah itu, saya dan suami me time-nya buat konten. Setelah coba diposting, engagement-nya ternyata bagus dan banyak yang tertarik. Akhirnya kita coba seriusin.

Platform @bumilpamil.id ini berangkat dari niat bahwa pengasuhan anak itu harus dilakukan berdua oleh ibu dan ayah. Karena Indonesia sendiri ternyata berada di urutan ke-3 di dunia sebagai fatherless country, negara yang kehilangan sosok ayah.

Fisik ayahnya mungkin ada, tapi dalam kenyataanya ayah tidak involve pada pengasuhan. Berangkat dari fakta itu, kami pun punya visi ingin meningkatkan peran ayah sejak di dalam kandungan, karena ternyata dampaknya banyak banget bila sosok ayah hilang di dalam pengasuhan, baik itu untuk ibu maupun bayinya.

Pada ibu, hilangnya sosok ayah bisa berpengaruh pada angka kematian ibu dan bayi. Karena kalau misalnya ayah tidak berperan atau ikut belajar, ayah jadi tidak tahu keputusan-keputusan penting apa yang harus diambil. Kalau untuk anak, ini akan berpengaruh pada emosinya, misalnya dia akan jauh lebih agresif saat sekolah nanti, sampai berpengaruh pada penurunan prestasi belajar.

Meski sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga, Anda tetap lanjut kuliah. Seberapa penting pendidikan bagi Anda?

Menjadi seorang ibu dan berkarier tidak menghalangi saya untuk tetap melanjutkan sekolah. Bagi saya, pendidikan itu sangat penting, baik formal maupun informal. Dengan memiliki pendidikan, ibu bisa berdaya. Kalau ibu bisa berdaya, ibu bisa membimbing anaknya. Karena kita adalah orang terdekat anak yang akan memengaruhi kualitas dan kehidupannya di masa depan.

Saya yakin dalam setiap rahim ibu ada seorang janin yang bukan hanya seorang bayi yang tidak mengerti apa-apa, tapi ada spirit atau ruh yang ditiupkan dari usia 4 bulan, yang memiliki visi misi mulai dari Pencipta.

Makanya sayang sekali kalau kita sudah dipilih Tuhan sebagai jembatan-Nya untuk menciptakan generasi yang punya visi misi, tapi tidak kita optimalkan. Nah, ini bisa dioptimalkan dengan kita berdaya dan berpendidikan, atau tidak berhenti belajar.

Dengan memiliki pendidikan, ibu bisa berdaya. Kalau ibu bisa berdaya, ibu bisa membimbing anaknya. Karena kita adalah orang terdekat anak yang akan memengaruhi kualitas dan kehidupannya di masa depan.

Ada tips untuk para Moms agar bisa menjalani kehamilan dan persalinan dengan nyaman?

Pastikan persiapannya harus secara holistik, yaitu mencakup fisik, mental, dan spiritual. Untuk fisik memang harus melakukan kontrol dengan dokter atau bidan sesuai aturan. Selain itu, Moms juga perlu mengonsumsi nutrisi yang baik, olahraga seminggu 3 kali, selama minimal 45-60 menit perhari.

Untuk memperkuat mental, Moms perlu melakukan persiapan melahirkan seperti mengikuti kelas hypnobirthing. Dengan mengikuti kelas ini, pikiran bawah sadar Anda bisa diprogram dengan program baru, bahwa melahirkan itu adalah peristiwa yang sakral, bisa dinikmati, prosesnya bisa menyenangkan, bukan malah sebaliknya, proses yang menyeramkan atau menyakitkan, seperti yang sering digambarkan di televisi.

Sementara dari segi spiritual juga perlu disiapkan. Bagaimanapun melahirkan itu hukumnya Pencipta. Meski kita sudah prepare, tapi memang jalannya harus ada intervensi, atau Moms harus caesar, perlu diingat bahwa ini bukan hal yang sia-sia.

Paling tidak kita akan tetap lebih nyaman menjalaninya dibandingkan bila kita tidak melakukan persiapan sama sekali. Finalnya bukan soal caesar atau per vaginam, tapi bagaimana kita bisa melewati proses apa pun dengan nyaman bahkan minim trauma. Pastikan pula persiapan selalu diiringi dengan latihan, karena kalau sudah ikut kelas tapi tidak dilatih, hasilnya nanti pasti tidak optimal.

Finalnya bukan soal caesar atau per vaginam, tapi bagaimana kita bisa melewati proses apa pun dengan nyaman bahkan minim trauma.

Menyambut hari Kartini di bulan April ini, bagi Jamilatus, tiga kata yang menggambarkan sosok Kartini masa kini seperti apa?

Pertama, mau belajar. Kedua, berdaya, dan yang ketiga, percaya diri. Dengan kita berdaya, kita bisa mengoptimalkan kemampuan kita. Dan itu membuat kita lebih percaya diri dalam menjadi ibu, istri, dan dalam karier atau pekerjaan kita.(M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto & Digital Imaging: Insan Obi/MUA: Jamilah (@jamilah_make_up)/Stylist: Thalita Putik/Wardrobe: Nadjani Indonesia (@nadjaniindonesia) & Hollaby (@hollaby.official))