Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan kerap membuat Moms sulit menahan emosi. Bahkan tak jarang bumil jadi lebih sensitif dan mudah menangis, lho!
Sesekali menangis sih boleh-boleh saja, Moms, tapi jangan terlalu sering, ya. Pasalnya, kebiasaan bumil yang terlalu sering menangis ternyata bisa berdampak terhadap kondisi janin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Association for Psychological Science ditemukan fakta bahwa janin yang berumur 6 bulan bisa merasakan emosi yang dirasakan sang ibu. Jadi apabila bumil menangis karena sedih atau stres, maka bayi yang tengah berada dalam kandungannya juga bisa ikut merasakan kecemasaan tersebut.
Bayi juga bisa mengusap wajahnya seperti orang dewasa yang sedang mengalami stres. Hal ini terjadi karena saat bumil merasa tertekan, tubuh akan menghasilkan hormon stres yang akan disalurkan ke janin melalui plasenta.
Seperti dilansir situs Halodoc, semakin sering bumil merasa khawatir atau cemas, semakin banyak pula hormon stres yang dihasilkan dan disalurkan ke janin. Nah, ketika janin terus-menerus mendapatkan hormon stres, lama-kelamaan ia akan mengalami stres kronis.
Padahal selama di dalam kandungan, janin sedang mengalami berbagai proses perkembangan, salah satunya adalah perkembangan sistem sarafnya. Jika proses perkembangan ini terganggu, maka janin tidak bisa tumbuh dengan optimal. Bahkan ia bisa berisiko mengalami berbagai macam masalah kesehatan, antara lain:
1. Memengaruhi perkembangan psikis janin
Saat bumil sering menangis, terutama yang disebabkan oleh stres, maka hal ini akan bisa berdampak pada kondisi psikologis bayi kelak ketika ia sudah beranjak besar. Apabila sejak masih di kandungan bayi sudah merasakan stres ibu, bukan tidak mungkin ia akan tumbuh menjadi anak yang cengeng atau penakut.
2. Menghambat perkembangan fisik janin
Tidak hanya perkembangan psikis janin yang akan terganggu jika bumil sering menangis, perkembangan fisiknya selama di dalam kandungan juga bisa ikut terpengaruh. Bumil yang menangis karena merasa depresi akan menyebabkan berat badan bayi jadi rendah saat dilahirkan. Hal ini terjadi karena menangis membuat aliran darah yang disalurkan ke bayi menjadi tidak lancar, sehingga pertumbuhan janin pun jadi terhambat.
3. Berkurangnya suplai oksigen ke janin
Saat bumil menangis karena stres, ikatan pembuluh darah akan semakin menguat karena produksi hormon norepinephrine meningkat. Hal ini akan menyebabkan sirkulasi oksigen ke janin menjadi berkurang sehingga bisa menghambat perkembangannya.
4. Meningkatkan risiko lahir prematur
Bumil yang terlalu sering menangis atau terlalu lama berada dalam kondisi stres juga bisa meningkatkan risiko bayi terlahir prematur. Hal ini bisa terjadi karena saat bumil mengalami stres, plasenta akan menghasilkan banyak hormon pelepas kortikotropin yang merupakan hormon pengatur jangka waktu kehamilan. Bila hormon ini terus-menerus diproduksi oleh plasenta, maka bumil pun akan berisiko melahirkan lebih cepat daripada jadwal seharusnya.
Mengingat ada sejumlah efek negatif jika bumil stres dan terlalu sering menangis, maka Anda disarankan untuk senantiasa menjaga mood selama masa kehamilan. Caranya bisa bermacam-macam, Moms.
Anda bisa melakukan hal-hal yang Anda sukai atau hobi agar suasana hati senantiasa terjaga. Sebisa mungkin, Anda juga perlu menghindari hal-hal yang bisa memicu emosi atau menyebabkan stres.
Jika merasa memiliki beban pikiran dan kecemasan, Moms bisa berbicara dengan pasangan, keluarga, teman, maupun profesional seperti psikolog. Jangan takut untuk meminta bantuan support system Anda agar terhindar dari stres selama hamil, Moms. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)