BUMP TO BIRTH

Jangan Sampai Kurang! Ini Cara Memperbanyak Air Ketuban


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms tentunya sudah tahu betapa penting peran air ketuban bagi kelangsungan hidup janin dalam kandungan. Itulah sebabnya, volume air ketuban tak boleh berkurang secara drastis selama masa kehamilan.

Air ketuban merupakan cairan bening berwarna kekuningan yang terdapat di dalam kantong ketuban. Seperti dilansir Halodoc, cairan ini terbentuk dalam kantong ketuban dalam 12 hari pertama setelah konsepsi. Air ketuban mengelilingi janin yang tumbuh di dalam rahim dan jumlahnya semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, air ketuban berperan penting dalam kehamilan. Air ketuban memiliki sederet fungsi, seperti:

  • Melindungi janin dari tekanan dan goncangan dari luar
  • Mengontrol suhu untuk menjaga bayi tetap hangat dan mempertahankan suhu normal
  • Mengandung antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi
  • Membantu perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan
  • Membantu perkembangan otot dan tulang
  • Sebagai pelumas
  • Melindungi tali pusat.

Volume air ketuban perlu dijaga agar tetap stabil. Jika jumlah cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak atau sedikit, maka akan bisa menimbulkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan.

Cara memperbanyak air ketuban

Buat bumil yang air ketubannya tergolong kurang karena berbagai faktor, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk memperbanyak jumlahnya. Ini yang bisa Anda lakukan:

1. Memperbanyak asupan air putih

Baik sedang hamil atau tidak, sesungguhnya Anda tetap perlu menjaga asupan air putih harian. Bumil disarankan untuk minum air putih setidaknya 2 liter per hari agar kebutuhan cairan tercukupi dan jumlah air ketuban juga stabil. Minum air putih dalam jumlah cukup bisa dianggap sebagai salah satu cara sederhana untuk menjaga kecukupan volume air ketuban.

2. Amnioinfusion

Amnioinfusion adalah penyemprotan larutan saline melalui serviks dan masuk ke dalam kantong ketuban. Langkah ini akan meningkatkan kadar cairan, khususnya ketika hendak pemeriksaan USG atau sebelum bersalin dengan kondisi detak jantung bayi tidak normal.

3. Amniosentesis

Amniosentesis dilakukan oleh dokter dengan cara memasukkan jarum tipis secara langsung ke kantong ketuban lewat perut. Metode ini sangat membantu mobilitas dan detak jantung bayi selama persalinan. Bonusnya lagi, metode ini juga bisa membantu mengurangi risiko melahirkan secara caesar.

4. Mengatasi pemicunya

Sedikitnya jumlah air ketuban bisa disebabkan oleh penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes. Karena itu, dengan mengatasi kondisi tersebut, maka cairan ketuban Anda bisa kembali normal.

Bumil bisa mengonsumsi obat hipertensi atau gula darah sesuai dengan resep dokter. Jangan lupa untuk selalu memantau kadar gula darah serta tekanan darah sehingga Anda tidak mengalami kekurangan cairan ketuban.

5. Beristirahat total

Beristirahat total atau berbaring total terbukti bisa membantu meningkatkan aliran darah ke plasenta sehingga jumlah cairan ketuban akan meningkat. Biasanya, dokter akan menyarankan bumil untuk beristirahat di tempat tidur saat kehamilan memasuki usia trimester kedua atau awal trimester pertama. Selain itu, beristirahat total juga diperlukan oleh bumil yang mengalami komplikasi selama kehamilan, termasuk mengalami pengurangan jumlah cairan ketuban.

6. Mengonsumsi makanan bergizi

Asupan makanan juga bisa memengaruhi jumlah cairan ketuban. Untuk itu, bumil perlu menjaga asupan makanan bergizi agar kondisi janin, termasuk volume air ketuban, tetap terjaga. Cobalah untuk lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran dengan kandungan vitamin C karena vitamin ini bisa membantu tubuh untuk menghasilkan air ketuban.

7. Hindari pemicu diare

Diare yang dialami bumil tidak hanya akan membuatnya kekurangan cairan dan dehidrasi, tapi juga menyebabkan cairan ketuban berkurang. Karena itu, sebaiknya Moms menghindari makanan dan minuman yang berisiko memicu diare. Jangan lupa memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang Anda konsumsi. Makanan kotor bisa mengandung bakteri pemicu diare.

Beberapa suplemen juga bisa bersifat diuretik yang membuat Anda lebih sering buang air kecil. Nah, sebaiknya hindari suplemen jenis ini. Konsumsilah suplemen yang hanya diresepkan oleh dokter. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)