Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bukan hanya gangguan ginjal akut misterius, kasus pneumonia juga dilaporkan menyerang banyak anak belakangan ini. Contohnya, lebih dari 8 ribu kasus pneumonia ditemukan di Surabaya. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan diberitakan gencar melakukan deteksi dini keberadaan kasus pneumonia agar keberadaan penyakit tersebut bisa diketahui dan segera diobati.
Penyebab pneumonia pada anak
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian tertinggi pada anak usia di bawah 5 tahun. Infeksi pneumonia sendiri menyerang jaringan paru-paru hingga mengalami peradangan atau pembengkakan dan bisa menyebabkan gangguan serius. Penyebabnya bisa beraneka ragam, mulai dari bakteri, virus, hingga jamur.
Selain itu, ada sejumlah faktor anak berisiko tinggi terkena pneumonia, yakni:
- Anak yang tidak mendapatkan ASI
- Anak yang kurang gizi
- Anak yang terkena infeksi campak
- Anak yang tidak mendapatkan imunisasi
- Anak yang tinggal di lingkungan perokok atau pemukiman padat penduduk.
Gejala pneumonia pada anak
Yang sangat disayangkan, masih banyak orang tua yang tidak mengenali tanda-tanda pneumonia pada anak, sehingga membuat penyakit ini kerap terlambat ditangani. Padahal, jika tidak segera ditangani, pneumonia bisa berakibat fatal. Berikut ini beberapa gejala anak mengalami pneumonia, Moms.
1. Sesak napas. Salah satu gejala khas pneumonia adalah adanya sesak napas dan tarikan dinding dada ke dalam yang dialami Si Kecil akibat kurangnya suplai oksigen. Terkadang kondisi ini membuat napasnya berbunyi dan terasa berat. Si Kecil juga akan tampak lemas.
2. Napas cepat. Anak yang terkena pneumonia juga akan bernapas dengan cepat.
3. Batuk berdahak. Anak yang terkena pneumonia juga akan batuk yang bisa bertahan selama beberapa hari. Tak jarang batuk juga disertai dengan dahak atau lendir. Namun, anak mungkin akan mengalami kesulitan untuk mengeluarkan dahak atau lendir hingga menumpuk.
4. Demam tinggi. Demam tinggi juga bisa menjadi tanda adanya infeksi pada anak, begitu pula halnya dengan pneumonia yang dialami Si Kecil. Anak juga bisa mengalami muntah dan diare.
5. Bibir dan kuku membiru. Kekurangan suplai oksigen akibat infeksi yang menyerang paru-paru akan berakibat pada semua jaringan dan organ tubuh anak. Hal ini biasanya ditandai dengan perubahan warna pada bibir dan kuku Si Kecil yang membiru.
Cara menangani pneumonia pada anak
Jika Si Kecil memperlihatkan gejala-gejala di atas, Anda perlu segera membawanya ke dokter, Moms. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan mungkin menyarankan tes darah atau rontgen untuk memastikan diagnosis pneumonia.
Jika benar Si Kecil mengalami pneumonia, dokter akan memberikan pengobatan yang sesuai dengan penyebabnya, misalnya pneumonia yang disebabkan bakteri akan diberikan antibiotik, sedangkan pneumonia yang disebabkan virus tidak memerlukan antibiotik dan umumnya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 4 minggu, tetapi dokter tetap memberikan obat untuk meringankan gejala yang dialami.
Pada kasus pneumonia parah yang dialami anak yang membuatnya sangat lemas, tidak mau makan atau minum, dan mengalami dehidrasi, maka ia mungkin akan dirawat di rumah sakit hingga kondisinya membaik.
Untuk mengatasi pneumonia pada anak, Moms sebaiknya memberikan ASI eksklusif serta nutrisi yang cukup dengan gizi seimbang dan menjauhkan Si Kecil dari asap rokok maupun polutan lainnya. Penting juga untuk mencegah pneumonia dengan cara memberikan vaksin pada anak Anda, Moms. Vaksin pneumonia merupakan salah satu vaksin yang penting untuk diberikan kepada anak guna melindunginya dari ancaman pneumonia dan penyakit infeksi lain yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau bakteri pneumokokus. (M&B/SW/Foto: Prostooleh/Freepik)