Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Merawat 4 anak, menjadi kepala keluarga, sekaligus bangkit dari duka tentu bukan hal yang mudah. Tiga hal inilah yang sedang menjadi fokus Joanna Alexandra (35), aktris, model, sekaligus ibu dari Zuriel (14), Zeraiah (12), Zoey (7), dan Ziona (5).
Semenjak suami Joanna, Raditya Oloan Panggabean berpulang pada 6 Mei 2021 lalu, Joanna sempat menutup diri dari sorotan publik. Bagaimana ia bangkit dan kembali memberikan inspirasi bagi para ibu kuat lainnya? Yuk, simak wawancara eksklusif M&B dengan Joanna Alexandra yang menjadi Mom of the Month September 2022 berikut ini!
Apa saja kesibukan Joanna saat ini?
Kesibukan utamaku saat ini mengurus 4 anak yang sekarang sudah masuk sekolah tatap muka. Senin sampai Sabtu aku jadi supir antar-jemput anak sekolah. Terus seminggu 3 kali menemani Ziona terapi, dan ada kesibukan juga memimpin gereja. Kalau ditanya kangen main film apa nggak? Pastinya kangen, dong. Terakhir shooting layar lebar Maret 2020, tapi terus terhalang pandemi dan mungkin ada beberapa kendala, jadi filmnya belum keluar sampai sekarang. Secepatnya aku mau balik lagi ke dunia akting kalau ada tawaran yang cocok.
Anak-anak sudah usia berapa?
The boys sudah besar-besar, kalau the girls masih kecil-kecil. Anak pertamaku Zuriel sebentar lagi akan berusia 15 tahun. Anak keduaku Zeraiah tahun ini usianya sudah 12. Kalau the girls ada Zoey yang usianya sudah 7 tahun, lalu yang paling kecil Ziona usianya 5 tahun. Jadi rentang usia anak-anakku lengkap nih, yang remaja ada, praremaja ada, yang kecil-kecil juga ada. Haha.
Joanna itu ibu yang seperti apa, sih?
Aku ibu yang apa adanya, cerewet, dan manja. Terutama setelah kepergian suamiku, siapa lagi yang mau aku peluk-peluk kalau bukan anak-anakku, kan? Jadi aku sering nyamperin anak-anak untuk sekadar pelukan dan manja-manjaan.
Mana yang lebih menantang, merawat the boys (Zuriel dan Zeraiah) yang sudah remaja atau the girls (Zoey dan Ziona) yang masih kecil?
Ternyata lebih menantang merawat anak yang sudah gede, lho! Memang sekarang Zoey dan Ziona sudah tidak repot seperti waktu masih bayi, tapi ternyata parenting anak remaja itu lebih menantang karena kita perlu banyak mikir, mengobrol, dan menguras emosi. Kalo waktu anak bayi kan lebih capek fisik karena begadang misalnya, sedangkan merawat anak remaja capeknya beda. Anak remaja sudah mulai mengajak tukar pikiran, dan itu menantang sekali buatku, terlebih karena papanya sudah enggak ada. Jadi aku harus memberikan buah pikiran untuk the boys dari sisi ibu dan bapak.
Bagaimana rasanya punya 2 anak remaja sekaligus?
Kalimat “Parenting is a never ending journey” sepertinya memang benar, ya. Aku kira jadi orang tua tuh lelahnya pas mengurus newborn saja atau pas jadi orang tua baru saja, ternyata anak semakin remaja justru semakin menguji kesabaran, ya. Haha.
Punya 2 remaja sekaligus seru banget, setiap hari ada new struggle, new breakthrough, new challenge, yang bikin aku kewalahan! Kalau punya anak balita capeknya mungkin lebih ke capek fisik, sedangkan punya anak remaja capeknya lebih ke capek mental.
"Punya 2 remaja sekaligus seru banget, setiap hari ada new struggle, new breakthrough, new challenge, yang bikin aku kewalahan! Kalau punya anak balita capeknya mungkin lebih ke capek fisik, sedangkan punya anak remaja capeknya lebih ke capek mental."
Apa saja suka duka merawat anak remaja?
Sukanya ada banyak, seperti aku bangga melihat mereka bertambah besar, tambah dewasa, dan tambah pintar. Apalagi jarak usia aku dan the boys kan tidak jauh ya, karena aku punya mereka waktu masih muda, jadi sekarang aku senang melihat anak-anak sudah gede, kalau jalan-jalan sudah seperti jalan sama teman.
Nah, kalau dukanya tentu banyak juga! Haha. Aku perlu banyak mengelus dada karena mereka lagi di fase sering merasa lebih tahu banyak hal dari mamanya. Mereka sering ingin melakukan hal semaunya mereka saja, padahal kan semua hal ada aturannya, ya. Aku sebenarnya mau bilang, “Aduh, enggak gitu caranya!” tapi kalau sama remaja cara penyampaiannya harus tepat kan, ya. Ini ternyata menantang juga. Haha. Jadi buatku struggle terkini dalam merawat dua remaja ya mengajarkan mereka kalau kita tidak bisa bertindak sesuka hati, harus play by the rules.
Bagaimana cara Joanna mengakomodir 2 jenjang usia anak yang jauh beda. Zuriel dan Zeraiah yang sudah remaja, sedangkan Zoey dan Ziona masih kecil?
Haha, urusan ini memang selalu seru. Biasanya the boys yang biasanya suka komplain soal ini. Kalau sama Ziona mereka enggak komplain karena mereka tahu Ziona memang spesial, tapi kalau sama Zoey mereka ada kalanya iri karena kesannya Zoey serba boleh dan serba dituruti kemauannya. Cara mengakomodirnya ya aku harus rajin kasih tahu kalau the boys yang sekarang sudah remaja ini, waktu masih kecil juga diperlakukan seperti Zoey dan Ziona.
"Buatku struggle terkini dalam merawat dua remaja ya mengajarkan mereka kalau kita tidak bisa bertindak sesuka hati, harus play by the rules."
Sebagai orang tua, kapan fase kehidupan yang paling menantang untuk Joanna?
Menurutku saat ini adalah fase kehidupan yang paling menantang, karena sedang jadi single parent. Ini menantang karena semuanya harus dilakukan sendiri, walau ada keluarga dan support system, tetap saja semua keputusan harus aku ambil sendiri, mulai dari keputusan soal sekolah sampai soal cara mendisiplinkan anak, itu semua sekarang aku lakukan sendiri, tidak ada teman diskusi lagi. Kalau diskusi ke orang tua atau keluarga, mereka hanya bisa memberi saran, tetap saja keputusannya harus aku ambil sendiri dan itu tidak mudah buatku.
Selalu harmonis dengan keluarga besar, apa makna keluarga bagi Joanna?
Family is my safe place. Keluarga adalah tempat yang aman untuk aku bisa jadi apa adanya. Untuk menangis, tertawa, marah. Kalau di luar rumah mungkin kita menjadi orang yang berusaha untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tapi kalau di rumah dengan keluarga kita bisa apa adanya banget.
"Family is my safe place. Keluarga adalah tempat yang aman untuk aku bisa jadi apa adanya."
Kehilangan orang yang kita sayang tentu tidak mudah. Bagaimana Joanna melalui fase berduka?
Jujur, aku cuma menjalankan saja hidup hari demi hari. Buatku yang suka bikin susah itu kalau sudah berpikir terlalu jauh, “Bagaimana nanti masa depan aku kalau enggak ada suamiku? Masa depan anak-anak bagaimana kalau enggak ada papanya?” dan berbagai pikiran lainnya. Padahal, buatku dealing with lost itu hadapi saja dulu hari demi hari. Jangan berpikir terlalu jauh.
Handling lost is not easy. Gimana Joanna melewati masa-masa itu?
Memang harus dilewati saja. Awalnya kehilangan pasangan, aku sempat terbersit “Buat apa lagi sih aku hidup,” tapi aku lihat lagi anak-anakku, khususnya Ziona. Setiap hari menatap Ziona itu seperti melihat a daily living miracle, karena banyak banget miracle yang terjadi setelah suamiku meninggal. Salah satunya adalah Ziona yang clubfoot karena penyakit langka itu harusnya sulit untuk bisa berjalan, tetapi 2 minggu setelah Radit meninggal, Ziona bisa berjalan. Miracle lainnya adalah lubang di jantung Ziona tertutup dan pendengarannya membaik. Jadi waktu aku lagi sedih-sedihnya ditinggal suami, banyak miracle yang membuat aku kuat lagi. Masa sulit itu memang harus dijalankan saja, take your time.
"Take your time and don’t deny your feeling. Enggak usah pura-pura kuat terus, jangan takut terlihat lemah dan sedih. Jalankan saja dulu, lewati dulu, take your time."
Menghilang dari media sosial selama 1 tahun, apakah itu bentuk dari dealing with lost-nya Joanna?
Sebenarnya menghilang dari media sosial itu bukan karena aku mencoba dealing with lost, tetapi lebih karena I can't deal with social media. Aku menghindar dari pertanyaan-pertanyaan seperti “How do you feel?” dan semacamnya. Mungkin karena orang banyak melihat Joanna sebagai sosok yang cheerful dan positif, sedangkan saat Radit meninggal itu aku lagi enggak bisa kasih lihat the cheerful Joanna.
Nah, terus kenapa memberanikan diri kembali lagi ke publik dengan muncul lagi di media sosial, itu karena banyak orang yang bilang kisah kehidupan Joanna memberi berkat bagi mereka. Seiring berjalannya waktu, sudah lebih dari setahun, I’m not here for nothing. Pelan-pelan aku mulai punya kekuatan untuk berbagi lagi kisah hidupku di media sosial, walau aku sebenarnya belum 100% bangkit dari kehilangan suami.
Pesan untuk para Moms yang mungkin sedang down agar bangkit lagi?
Take your time and don’t deny your feeling. Enggak usah pura-pura kuat terus, jangan takut terlihat lemah dan sedih. Jalankan saja dulu, lewati dulu, take your time. Fokus pada hal yang bisa jadi penguat dan fokus pada sisi positif yang bisa menyemangati Moms melewati hari demi hari. You can get through it, Moms! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Photo & Digital Imaging: Insan Obi/Location: The Hermitage, Jakarta)