Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
“Jangan sering mandi malam, nanti kena reumatik, lho!” Mitos seperti itu pasti sering Anda dengar ya, Moms. Bagi Anda yang sering mengalami nyeri sendi, reumatik memang selalu menjadi tersangka utama. Banyak yang mengira reumatik adalah penyakit sendi, padahal reumatik merupakan penyakit autoimun lho, Moms.
Mengutip Everyday Health, reumatik adalah penyakit autoimun yang menyebabkan sistem imun tubuh menyerang sendi, otot, tulang, dan organ-organ tubuh Anda sendiri. Seperti apa sih gejala reumatik? Bagaimana cara mencegah dan menangani reumatik dengan tepat? Untuk menjawabnya, simak penjelasan berikut ini, Moms.
Apa itu rematik?
“Penyakit reumatik adalah nama umum untuk sekumpulan atau beberapa penyakit yang melibatkan sistem sendi, tulang dan otot, serta jaringan ikat lainnya,” ujar Dr. dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi di RS Pondok Indah – Pondok Indah. Menurutnya, ada banyak jenis penyakit yang termasuk reumatik, begitu juga dengan penyebabnya. Namun perlu Moms ketahui kalau gejalanya memang kurang lebih sama, yaitu nyeri sendi atau nyeri struktur-struktur lainnya.
Lalu, bagaimana cara mengetahui penyakit apa yang diderita? Dr. Rudy menyebutkan perlu kecermatan tinggi untuk mendiagnosis pasien dengan keluhan serupa, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan dan pilihan terapi yang sesuai.
Kelompok penyakit rematik
Menurut Dr. Rudy, setidaknya ada 5 kelompok penyakit yang termasuk reumatik, yaitu:
1. Reumatik autoimun
Contoh penyakit: Rheumatoid arthritis (RA), lupus eritematosus sistemik (SLE), spondiloarthritis (SPA), spondylitis ankilosa (AS), arthritis psoriatik, vaskulitis, sindrom Sjogren, sklerosis sistemik, arthritis juvenile idiopatik, dan lain-lain.
2. Reumatik infeksi
Contoh penyakit: Arthritis septik, arthritis TB, arthritis viral, HIV/Hepatitis C artropathy, spondilitis TB, dan lain-lain.
3. Reumatik metabolik
Contoh penyakit: Arthritis gout/asam urat, arthritis pseudogout, osteoporosis, hipokalsemia, metabolic bone disease pada gagal ginjal, dan lain-lain.
4. Reumatik degeneratif
Contoh penyakit: Osteoarthritis, spondilosis, osteoporosis, dan lain-lain.
5. Reumatik jaringan lunak
Contoh penyakit: Plantar fasciitis, tendinitis achilles, bursitis pes anserine, tendinitis rotator cuff, frozen shoulder, tennis/golfer elbow, tendinitis d’quervain, carpal tunnel syndrome (CTS), dan lain-lain.
Gejala rematik
Berikut beberapa gejala yang paling sering terjadi saat terserang rematik:
- Nyeri sendi
- Bengkak di area sendi
- Sensasi hangat di sekitar sendi yang nyeri
- Sendi sulit digerakkan
- Merah di area sendi yang nyeri
- Sendi kaku selama setidaknya 1 jam di pagi hari.
- Kulit ruam (bagi penderita rematik autoimun)
- Mudah lelah.
Faktor risiko
Siapa bilang reumatik hanya diderita orang lanjut usia? Faktanya, Dr. Rudy menyebutkan kini semakin banyak kaum usia produktif yang terserang reumatik. Bahkan anak-anak juga sudah ada yang kena reumatik lho, Moms! Untuk itu, perhatikan beberapa faktor risiko berikut ini:
1. Jenis kelamin. Wah, ternyata perempuan lebih sering mengalami reumatik dibandingkan pria. Menurut Dr. Rudy, gangguan ini lebih sering terjadi pada reumatik autoimun karena berkaitan dengan pengaruh hormon estrogen.
2. Keturunan. Ekstra hati-hati jika orang tua Anda ada yang mengalami reumatik, karena penyakit ini bersifat genetik atau keturunan. Anda memiliki risiko lebih tinggi menderita keluhan yang sama jika orang tua Anda pernah terkena reumatik.
3. Obesitas. Orang dengan berat badan berlebih (obesitas) ternyata lebih rentan mengalami radang sendi, terutama pada lutut dan pinggul. Ini terjadi karena kedua sendi tersebut bekerja keras menopang bobot tubuh yang berlebih.
4. Pekerjaan. Orang yang bekerja atau sering mengangkat beban berlebih dengan posisi salah lebih berisiko reumatik, terutama jika dilakukan berulang-ulang. Ini bisa terjadi karena kesalahan posisi maupun kesalahan pembebanan yang berlebih.
5. Diet. Walaupun tidak begitu berpengaruh, diet yang tidak tepat ternyata juga bisa meningkatkan risiko mengalami reumatik. Ini berperan pada kelompok reumatik metabolik seperti asam urat atau osteoporosis.
6. “Bakat” reumatik. Menurut Dr. Rudy, terkadang “bakat” reumatik sudah ada dalam gen tubuh manusia. Pencetus timbulnya penyakit ini bisa jadi faktor lingkungan, seperti asap rokok, polusi, dan kejadian yang membuat tubuh infeksi.
Cara mengatasi rematik
Reumatik bisa didiagnosis dengan pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti x-ray, tes laju endap darah, dan tes rheumatoid factor. Apa cara diagnosis yang paling tepat? Tentunya setiap orang berbeda-beda. Dokter yang akan menentukan agar sesuai dengan kondisi pasien.
Nyeri sendi reumatik ternyata tidak selalu diatasi dengan obat nyeri atau antiinflamasi lho, Moms. “Meskipun sebagian besar keluhannya adalah nyeri, sebagian besar obat antinyeri bukanlah pilihan pengobatan yang utama,” tulis Dr. Rudy pada artikel RS Pondok Indah Group.
Kebanyakan penderita reumatik memerlukan terapi jangka panjang, seperti terapi steroid pada fase awal rheumatoid arthritis dan terapi jangka panjang menggunakan kelompok obat disease modifying anti-rheumatic drug (DMARD) untuk mengontrol penyakit autoimun.
Untuk reumatik jaringan lunak, mungkin cara mengatasinya bisa lebih mudah. Dr. Rudy menyebutkan, bisa jadi cukup sekali injeksi steroid saja untuk mengendalikan reumatik jaringan lunak. Nah, kini Moms tahu kalau tidak semua reumatik bisa diatasi dengan cara yang sama, ya. Jangan ragu untuk periksa ke dokter pakar reumatik guna mendapatkan solusi terbaik bagi Anda. Stay healthy, Moms! (M&B/Tiffany/SW/Foto: Freepik)