TOODLER

Moms, Jangan Langsung Panik saat Balita Punya 5 Perilaku Negatif Ini!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Sebagai orang tua, Anda tentunya tak ingin Si Kecil memperlihatkan perilaku yang buruk. Namun, apakah Moms tahu bahwa sebagian besar tingkah laku anak yang kerap dianggap negatif sesungguhnya adalah bagian dari eksplorasi diri mereka?

Sejak lahir hingga usia sekitar 5 tahun, otak Si Kecil mengalami perkembangan yang signifikan. Namun, karena masih dalam tahap perkembangan, sering kali otak balita belum mampu berfungsi dengan sempurna. Selama periode ini, otak Si Kecil belajar dan menyerap berbagai hal yang perlu diketahui.

Jadi, jangan heran jika Si Kecil melakukan hal-hal yang menurut orang dewasa bersifat negatif. Hal itu kemungkinan besar disebabkan karena otaknya belum mampu mencerna tindakan tersebut.

Menurut situs Parents, berikut adalah 5 perilaku anak yang kerap membuat orang tua khawatir tetapi sesungguhnya cukup lazim terjadi.

1. Melontarkan kata-kata buruk

Moms, mungkin Anda pernah mendengar Si Kecil berkata, “Aku benci Mama!” atau “Kakak tuh jelek, ya”. Bagi orang tua, ucapan semacam itu mengandung sifat negatif dan pantang untuk dilontarkan. Namun menurut Ari Goldstein, Ph.D, psikolog sekaligus pemilik North Shore Academic Solutions di Illinois, Amerika Serikat, “Sebelum menginjak usia 7 tahun, anak-anak kebanyakan tidak memiliki filter yang kuat”.

Dengan kata lain, anak-anak usia balita masih minim kemampuan bersosialisasinya. Mereka belum sepenuhnya mengerti bahwa kalimat yang terlontar dari mulut mereka akan bisa memengaruhi emosi orang lain.

Jadi, Anda tak perlu khawatir berlebihan apabila sesekali Si Kecil mengucapkan hal yang kurang sopan. Sebaliknya, beri ia pengertian bahwa kata-kata tersebut bisa menyakiti orang lain dan sebaiknya tidak diucapkan lagi.

2. Bertingkah buruk saat bersama teman sebayanya

Sebelum anak menginjak usia 3 atau 4 tahun, sebagian anak belum mengenal konsep berbagi dan tidak mengganggu atau mengambil milik orang lain. Jadi, jangan heran jika tiba-tiba Si Kecil mengambil mainan temannya atau berebut ayunan dengan temannya saat sedang bermain bersama.

Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan kian mengerti aturan yang berlaku di lingkungan sosialnya. Si Kecil akan mulai belajar berbagi atau menghargai teman-temannya. Namun apabila anak tetap bersikap buruk setelah mulai bersekolah, merusak mainan, selalu mengganggu teman-temannya, maka Moms perlu memberikan perhatian khusus atau bahkan membawanya ke ahli seperti psikolog.

3. Membenturkan kepala

Percaya atau tidak, tak sedikit balita yang sesekali membenturkan kepalanya jika sedang merasa kesal, marah, atau menginginkan sesuatu. Akan tetapi, Anda harus segera berkonsultasi dengan ahli apabila perilaku membenturkan kepala tersebut terjadi berulang kali atau saat anak sedang membutuhkan perhatian dan menghadapi masalah.

4. Menggigit

Tak sedikit juga balita yang melakukan aksi menggigit saat mereka merasa frustrasi karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Si Kecil bisa saja menggigit dirinya sendiri, orang tua, atau anak lain ketika merasa keinginannya tak terpenuhi. Apabila Moms melihat balita Anda melakukan aksi menggigit, jangan langsung menghardik atau memarahinya. Lakukan pendekatan agar Si Kecil merasa dirinya dimengerti. Cari tahu apa keinginannya, lalu bicarakan bahwa tingkah lakunya tersebut kurang baik.

Namun, Moms perlu memberikan perhatian khusus jika kebiasaan menggigit tersebut terjadi terus-menerus. Mintalah bantuan profesional untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

5. Perilaku negatif untuk urusan makan

Picky eater merupakan masalah yang umum terjadi pada balita. Bukan tak mungkin Si Kecil hanya mau makan 3 atau 5 jenis makanan saja. Namun balita biasanya gemar bereksperimen dengan rasa dan tekstur baru. Perlahan, Anda bisa memperkenalkan jenis makanan lain kepadanya.

Perlu diingat, jangan pernah memaksa Si Kecil memakan makanan yang tidak disukainya. Alih-alih memaksa, Moms bisa mencoba memberikan makanan yang sama di lain waktu atau diolah dengan cara yang berbeda.

Meski sering dialami balita, masalah picky eater ini tak boleh dipandang sebelah mata. Apabila perilaku negatif untuk urusan makanan tersebut mulai memengaruhi kecukupan gizi Si Kecil dan mengganggu tumbuh kembangnya, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

Baca juga: Anak Memainkan Alat Kelamin? Kenali Fase Falik pada Balita, Moms!

(M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)