Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Beberapa hari ini warganet dikejutkan dengan kabar berpulangnya Laura Anna, selebgram yang lumpuh total akibat kecelakaan mobil. Kecelakaan tersebut dialami Laura saat berkendara dengan mantan kekasihnya, Gaga Muhammad, yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Kecelakaan yang terjadi pada 8 Desember 2019 lalu ini membuat Laura Anna mengalami spinal cord injury atau cedera tulang belakang.
Gemparnya berita kematian Laura Anna yang meninggal dunia pada 15 Desember 2021 ini membuat netizen bertanya-tanya, seperti apa spinal cord injury? Benarkah cedera ini dapat menyebabkan kematian? Untuk meningkatkan kewaspadaan Moms akan masalah kesehatan yang satu ini, mari kenali lebih dalam serba-serbi spinal cord injury.
Apa itu spinal cord injury?
Melansir Mayo Clinic, spinal cord injury adalah cedera pada segala bagian terkait sumsum tulang belakang dan saraf tulang belakang (cauda equina). Dampak cedera ini bisa jadi tidak sementara, karena bisa menyebabkan perubahan permanen pada kekuatan, sensasi, dan fungsi tubuh di bagian bawah tulang belakang.
Spinal cord injury tidak hanya memberi dampak pada kesehatan fisik saja, tetapi juga mental, emosional, dan sosial. Ya, bisa dibilang seluruh aspek kehidupan penderita spinal cord injury akan terdampak negatif. Sayangnya, penelitian spinal cord injury belum rampung, namun pengobatan dan rehabilitasi pasien sangat membantu hidupnya lebih produktif dan mandiri.
Penyebab spinal cord injury
Spinal cord injury dapat terjadi karena benturan traumatik yang menyebabkan tulang belakang patah, dislokasi, hancur, terhimpit dengan satu atau lebih tulang vertebrata. Kondisi ini makin parah karena cedera menyebabkan pendarahan, bengkak, inflamasi, dan akumulasi cairan di sekitar tulang belakang. Contoh kecelakaan yang bisa menyebabkan spinal cord injury adalah:
- Kecelakaan kendaraan bermotor.
- Jatuh. Mayo Clinic menyebutkan spinal cord injury pada lansia 65 tahun ke atas biasanya karena terjatuh.
- Sekitar 12% kasus spinal cord injury disebabkan oleh tindak kriminal seperti luka tembak atau tusukan senjata tajam.
- Benturan keras.
- Cedera saat berolahraga.
- Osteoporosis.
- Radang sendi.
- Kanker tulang.
- Infeksi di area tulang belakang.
Tingkat spinal cord injury
WebMD menyebutkan kemampuan pasien spinal cord injury untuk mengontrol area bawah tubuh tergantung pada 2 hal: di mana letak terjadinya cedera dan tingkat keparahan cedera. Bagian paling bawah tulang belakang yang tidak rusak setelah cedera menentukan level saraf yang terbagi menjadi dua: complete dan incomplete.
Disebut complete jika semua peraba (sensori) dan semua kemampuan untuk mengontrol gerak (fungsi motorik) di area bawah tulang belakang benar-benar hilang. Sedangkan disebut incomplete jika masih tersisa fungsi motorik dan sensori di area bawah cedera.
Tingkat kelumpuhan dari pasien spinal cord injury juga terbagi menjadi dua, yaitu tetraplegia dan paraplegia. Tetraplegia juga disebut quadriplegia, yang artinya lengan, tangan, kaki, dan panggul terdampak oleh spinal cord injury. Sedangkan paraplegia adalah kelumpuhan di semua bagian kaki, panggul, dan trunk (bagian pusat tubuh antara leher dan pinggang).
Tanda spinal cord injury
Tenaga medis profesional akan mendeteksi tingkat saraf dan completeness dari cedera yang Anda alami dengan menilai tanda-tanda ini:
- Tidak bisa menggerakkan sebagian atau seluruh bagian tubuh
- Mati rasa atau berkurangnya kemampuan tubuh merasakan sentuhan dan suhu
- Hilang atau berkurangnya kemampuan tubuh mengontrol kandung kemih dan usus
- Kejang dan atau aktivitas refleks yang berlebihan
- Perubahan fungsi seksual, sensitif seksual, dan fertilitas
- Nyeri atau sensasi menyengat yang hebat karena cedera di saraf di tulang belakang
- Sulit bernapas, batuk, atau mengeluarkan cairan dari paru-paru.
Waspadai tanda bahaya
Segera ke rumah sakit jika muncul beberapa tanda dan gejala berikut ini:
- Nyeri punggung ekstrem atau tekanan di leher, kepala, dan punggung
- Merasa lemah, sulit mengendalikan, atau lumpuh di bagian tubuh mana pun
- Kebal, kesemutan, atau tidak bisa merasakan tangan, kaki, dan jari-jari
- Tidak bisa mengontrol kandung kemih dan usus
- Sulit berjalan dan mengatur keseimbangan
- Napas tak beraturan
- Posisi leher atau punggung aneh.
Jika tanda-tanda di atas muncul, segera ke rumah sakit ya, Moms. Anda harus tahu kalau tanda-tanda itu bisa muncul bergantian, sedikit demi sedikit, atau bahkan sekaligus. Jika ini terjadi pada orang lain, jangan gerakkan orang tersebut dan panggil ambulans agar mendapat penanganan lebih baik dari tenaga medis.(M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: User18526052/Freepik)