FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Gentle Parenting, Pola Asuh untuk Membentuk Anak Mudah Berempati


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setiap orang tua pastinya akan berusaha untuk menerapkan pola asuh yang terbaik buat anak-anaknya. Hal ini tentu saja tidak mudah, karena Anda pasti ingin pola asuh yang tidak memanjakan anak, tapi juga tidak terlalu otoriter.

Kalau begitu, Moms perlu berkenalan dengan gentle parenting, suatu pola asuh yang membantu orang tua membangun hubungan erat dengan anak berdasarkan keinginan dan pilihan anak, bukan berdasarkan ekspektasi dan aturan Anda. Penasaran mau tahu lebih dalam mengenai gentle parenting? Read on, Moms!

Apa itu gentle parenting?

Pola asuh ini pertama kali diperkenalkan oleh Sarah Ockwell-Smith, penulis buku The Gentle Parenting Book. Menurutnya, gentle parenting adalah suatu pendekatan yang terbukti secara penelitian untuk membesarkan anak agar percaya diri dan bahagia. Pola asuh ini mencoba membentuk anak agar mudah berempati, cerdas dalam mengontrol diri, dan tentu saja gentle (lembut dan tenang).

Jika pada orang tua otoriter diperlukan kendali penuh dan hukuman agar anaknya diterima di masyarakat, orang tua gentle parenting hanya membutuhkan 3K: koneksi, komunikasi, dan konsistensi. Tidak perlu ada hukuman, namun bukan berarti menjadi orang tua permisif atau yang sering disebut lazy parenting ya, Moms.

Koneksi diperlukan karena semakin anak terhubung dengan Anda, semakin ingin mereka berbuat baik dan membuat Anda bahagia. Untuk terhubung dengan anak, dibutuhkan komunikasi yang baik dan konsistensi lembut dengan batasan. Sederhana dan efektif!

4 Etos gentle parenting

Menurut Sarah Ockwell-Smieth, ada 4 etos yang menjadi karakter khas gentle parenting, yaitu:

1. Empati

Orang tua perlu sangat memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, karena pasti ada alasan di balik sikap anak. Melansir Healthline, coba tunjukkan ke anak apa hal yang juga penting bagi Anda. Misalnya, jika anak menangis karena tidak mau dititipkan ke neneknya selama Anda ke dokter gigi, maka coba komunikasikan apa yang membuatnya menangis. Apa Si Kecil takut Anda tidak akan kembali lagi? Jika ya, komunikasikan kebutuhan satu sama lain dengan lembut. Inilah kunci anak tumbuh menjadi sosok yang penuh empati, karena Anda pun selalu menunjukkan empati padanya.

2. Saling menghormati

Orang tua jangan maunya dihormati saja, karena orang tua juga harus menghormati anak, terutama menghormati kepribadian dan perasaan unik Si Kecil. Menurut Sarah, tidak mungkin bisa membentuk anak menjadi sosok yang menghormati orang lain, jika cara didiknya melalui rasa takut atau kekuatan yang tidak seimbang. Dengan belajar menghormati anak, maka anak pun akan belajar untuk menghormati dan menghargai Anda juga orang-orang lain. Coba Moms lihat para diktator dunia, mereka benar-benar dihormati? Atau sekadar ditakuti?

3. Pengertian

Mengertilah kalau anak-anak bukan orang dewasa, fungsi saraf mereka jauh berbeda dengan orang dewasa, yang artinya mereka tidak melihat dunia seperti orang dewasa melihat dunia. Mereka tidak bisa mengendalikan sikap mereka dengan baik, tidak menguasai ilmu menenangkan diri, belum bisa berempati, dan belum bisa menyelesaikan masalah seperti orang dewasa. Maka orang tua perlu mengerti, memahami, dan memaklumi ini. Atur kembali ekspektasi dan pengertian sesuai realita adalah cara yang dilakukan gentle parenting untuk mendidik anak.

4. Batasan

Sarah menekankan kalau gentle parenting bukan permisif dan bukan lazy parenting seperti yang banyak orang kira. Gentle parenting justru memegang teguh kedisiplinan sebagai bagian penting dalam mendidik anak. Bedanya menegakkan kedisiplinan dengan orang tua otoriteradalah orang tua gentle parenting lebih mendisiplinkan sesuai usia anak, positif, penuh rasa hormat, empati, dan cerdas.

Tetap ada batasan dalam gentle parenting, namun bukan berarti pantang bilang “jangan” sama sekali. Gentle parenting tetap bisa bilang “jangan” pada hal-hal penting, seperti “Jangan menyakiti teman” atau “Jangan membanting mainan ke lantai.” Aturan ini bisa membuat anak bisa mengeksplorasi dunia dengan aman karena mengetahui dengan jelas area-area yang dilarang dilakukan. Ingat, semakin sedikit peraturan yang dibuat, semakin mudah pula untuk menerapkannya dengan konsisten.

Manfaat gentle parenting

Beberapa manfaat dari menerapkan pola asuh gentle parenting adalah:

1. Penelitian menunjukkan bahwa ikatan positif antara orang tua dan anak bisa membuat anak tumbuh menjadi sosok yang lebih bahagia, mandiri, dan ulet.

2. Fokus pada membangun kecerdasan kognitif anak, yang penting bagi tumbuh kembangnya.

3. Orang tua gentle parenting menanamkan sikap positif pada anak, dengan memberikan contoh sikap baik mereka saat berada di dekat anak.

4. Mengutip Verywell Family, sebuah penelitian menyebutkan bahwa pendekatan lembut pada anak dapat mengurangi risiko kecemasan berlebih. Ada juga studi yang menemukan gentle parenting mungkin dapat meningkatkan respons dalam konteks sosial pada balita yang pemalu.

5. Anak jadi lebih toleran dan fleksibel ketika frustrasi. “Ketika kita menunjukkan kelembutan, terutama di saat stres, kita membentuk toleransi pada frustrasi dan fleksibilitas. Tetap tenang, lembut, dan tegas, membentuk tumbuh kembang yang positif,” ujar Allison Andrews, PsyD, seperti dikutip dari Verywell Family. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)