Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Beda generasi, beda lingkungan, tentu beda pula karakternya. Saat ini Moms dan Dads (yang kebanyakan termasuk dalam Generasi Milenial atau Generasi Y yang lahir pada 1981-1995) hidup berdampingan dengan beberapa generasi, seperti generasi orang tua kita atau Generasi Baby Boomer (lahir 1946-1964), Generasi X (lahir 1965-1980), Generasi Z (lahir 1996-2009), dan generasi anak-anak kita atau Generasi Alfa (lahir 2010-2025).
Nah, kali ini M&B akan membahas mengenai karakteristik dari Generasi Alfa, suatu generasi yang disebut-sebut paling melek teknologi dan sulit diatur. Saat ini, beberapa angkatan awal Generasi Alfa sudah memasuki usia praremaja lho, Moms. Nah, buat Anda yang memiliki anak Generasi Alfa yang sudah praremaja, ketahui karakter dasar mereka, yuk!
1. Paling berpendidikan
Walau usia tertua Generasi Alfa masih 13 tahun (dan banyak lainnya yang masih balita), generasi ini kelak akan menjadi orang-orang yang paling berpendidikan di sepanjang sejarah keluarganya. Ya, pengetahuan umum mereka juga akan lebih luas dan lebih dalam, mungkin karena keakraban Generasi Alfa dengan internet dan teknologi ya, Moms.
Mudahnya generasi ini mendapatkan informasi membuat mereka menuntut diri sendiri untuk mendapatkan pendidikan formal yang lebih tinggi, sesuatu yang tidak bisa didapat dari browsing di internet. Jadi, jangan kaget kalau mereka kritis banget dan tahu banyak hal tanpa diajari di sekolah ya, Moms.
2. Melek teknologi (banget!)
Generasi Milenial mungkin menjadi generasi yang membuka gerbang dengan kedekatan teknologi. Dilanjutkan dengan Generasi Z yang semakin dekat dengan gadget dan teknologi, dan dimantapkan oleh Generasi Alfa yang paling melek teknologi.
Seperti yang Moms ketahui, lahir di 2010 artinya lahir di tahun peluncuran Instagram, Apple meluncurkan iPad, dan AI (artificial intelligence) sudah menjadi pemandangan umum. Bahkan American Dialect Society menobatkan “app” atau singkatan dari application (aplikasi) sebagai Word of The Year di 2010 lalu.
Maka, jangan heran kalau Generasi Alfa menganggap teknologi, gadget, dan medsos, sebagai hal biasa. Jangan kaget juga kalau Generasi Alfa menjadi generasi yang paling melek teknologi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Walau keren, jangan sampai Moms membiarkan anak bermain gadget sendirian, ya. Apa pun generasinya, tetap saja seorang anak butuh panduan dan pengawasan orang tua dalam beraktivitas, terutama aktivitas di internet menggunakan gadget.
3. Realita virtual
Sad but true! Generasi Alfa menganggap kecerdasan buatan (artificial intelligence) sebagai realita di hidupnya, dan itu merupakan hal yang natural. Hal ini tentu punya sisi negatif, seperti anak jadi lebih sulit berinteraksi sosial di dunia nyata, bukan di dunia maya.
Untuk itu, orang tua perlu membatasi kegiatan anak di internet dan menggunakan gadget, sambil lebih mengarahkan anak untuk beraktivitas sosial. Dengan kata lain, Moms bisa mendukung minatnya di dunia serba virtual, tapi harus dengan batasan yang aman dan seimbang dengan dunia nyata.
4. Lebih ekspresif
Kapan pun anak Generasi Alfa perlu mengetahui suatu informasi, ia bisa dengan mudah mencarinya di internet. Ternyata kemudahan mendapatkan informasi ini juga bisa memberi efek samping, seperti anak jadi jauh lebih ekspresif dalam berpendapat dan berkomunikasi secara keseluruhan.
Jadi, jangan heran kalau anak Generasi Alfa lebih blak-blakan dalam menyampaikan pendapat ya, Moms. Sebenarnya ini hal yang baik, lho. Hanya saja, memang anak perlu lebih diarahkan tentang cara penyampaian pendapat yang bijak tanpa menyinggung perasaan orang lain.
5. Susah diatur
Lebih bebas menyampaikan pendapat, maka jangan kaget juga kalau anak Generasi Alfa lebih susah diatur. Bukan dalam artian suka membangkang, mereka hanya tidak suka dengan aturan yang mengikat, yang membatasi kreativitas dan kebebasan berekspresi, serta membungkam keingintahuan yang tinggi. Sikap ini tentu turut dipengaruhi oleh pesatnya teknologi yang mengelilingi Generasi Alfa, di mana segala informasi serba cepat dan tak terbatas.
6. Bukan followers
Tidak berarti egois, anak Generasi Alfa lebih mengutamakan kenyamanan diri karena mereka sadar betul pentingnya mental health. Generasi Alfa juga tumbuh sebagai sosok yang selalu nyaman menjadi diri sendiri alias orisinal, bukan generasi ikut-ikutan. Mereka lebih suka unjuk kebolehan daripada sibuk menjadi followers orang lain. Berita baiknya: sikap aku-bukan-followers ini kerap membuahkan ide-ide kreatif yang autentik.
7. Kompetitif
Melek teknologi sejak dini dan berani bersuara ternyata membuat Generasi Alfa mudah tertekan, terutama tekanan dari teman seumurannya yang sama-sama kompetitif. Generasi yang paling peduli pendidikan ini memang tergolong senang adu kecerdasan. Sayangnya jika tidak diiringi dengan pengawasan yang baik dari orang tua, sikap ini bisa membuat mereka tertekan, terlebih karena Generasi Alfa juga tergolong tidak sabar dan maunya serba instan. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)